Fintech vs Bank, Manakah yang Lebih Baik?
Menjamurnya pertumbuhan fintech di Indonesia membuat banyak orang membanding-bandingkan antara fintech vs bank. Keduanya sama-sama instansi yang bergerak di bidang finansial, tapi yang satu sering kali dicap buruk oleh masyarakat awam. Sedangkan yang satunya lahir lebih dulu tapi tidak punya perkembangan signifikan apapun selama bertahun-tahun.
Walaupun fintech sering dikaitkan dengan pinjaman online bunga besar, paylater, dan hal-hal lainnya yang bisa merugikan masyarakat, faktanya startup fintech terus berkembang di Indonesia. Bahkan ada yang sudah menjadi sebuah unicorn dengan value lebih dari 1 miliar Dollar US.
Lalu, apakah adanya fintech akan membuat bank konvensional jadi makin terpuruk? Mari kita bahas bersama dalam artikel berikut ini.
Apa Itu Fintech?
Semua orang pasti sudah tahu apa itu bank, yaitu tempat menyimpan dan mengirim uang. Namun, masih banyak yang belum paham apa itu fintech, jadi mari kita mulai dari menjelaskan definisi fintech.
Dikutip dari Forbes, Fintech atau Financial Technology adalah sebuah teknologi berupa software, aplikasi, atau website, yang digunakan untuk memberikan layanan finansial. Jadi bisa dikatakan, semua aplikasi yang berhubungan dengan finansial adalah contoh dari fintech.
Layanan fintech di Indonesia saat ini semakin beragam, contohnya aplikasi seperti:
- Dompet digital
- Asuransi online
- Investasi online
- Donasi dan crowdfunding
- Mata uang digital
- Pinjaman online
Jadi bisa dibilang, semua layanan yang dulu hanya bisa ditemui di bank konvensional, kini sudah hadir dalam HP berupa aplikasi tersebut.
Itulah banyak orang menganggap adanya fintech bisa mengancam perkembangan bank konvensional.
Namun, masyarakat sering kali melihat startup fintech sebagai hal buruk karena banyaknya startup yang beroperasi tanpa ada izin resmi.
Untuk Anda yang belum tahu, memberikan layanan finansial di Indonesia tidak bisa sembarangan. Dibutuhkan pengawasan dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) jika ingin mendapatkan perlindungan hukum yang resmi. Sedangkan banyak startup yang belum mendapat izin dari OJK tapi sudah beroperasi dan menawarkan produknya ke masyarakat.
Berita mengenai fintech menjadi ramai ketika banyak masyarakat yang terlilit hutang dengan bunga tidak masuk akal oleh aplikasi pinjaman online. Padahal, aplikasi pinjaman online tersebut belum terdaftar dalam OJK.
Baca juga: Mengenal Lebih Dalam Tentang Financial Technology
Fintech vs Bank, Mana yang Lebih Baik
Seperti yang sudah dikatakan tadi, kedua jenis usaha ini sama-sama bergerak di bidang finansial dan jasa keuangan. Tapi keduanya punya banyak perbedaan. Perbedaan ini bisa kita lihat dari faktor tertentu, misalnya:
- Tujuan
- Target konsumen
- Teknologi
- Struktur dan inovasi
Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas apa saja perbedaan fintech vs bank berdasarkan situs Difference Between.
1. Tujuan
Seperti yang sudah dikatakan tadi, baik fintech maupun bank sama-sama bertujuan untuk memberi layanan keuangan.
Tapi, fintech memberikan layanan finansial yang cepat, instan, dan persyaratan mudah demi meningkatkan pengalaman konsumen ketika menggunakan layanan mereka. Sebagai contoh dompet digital bisa dibuat dengan cepat tanpa harus datang ke kantor cabang. Selain itu tidak ada biaya administrasi bulanan jika menyimpan uang di sini.
Sedangkan bank memiliki layanan finansial yang lebih lambat namun mementingkan keamanan dan manajemen risiko nasabah. Sebagai contoh, Anda perlu membawa bermacam dokumen waktu ingin membuka rekening bank, selain itu ada biaya administrasi dan minimal deposit. Tapi, bank menjamin keamanan uang nasabah dan siap bertanggung jawab atas segala macam kerugian yang dialami oleh nasabah.
2. Target Konsumen
Fintech dan bank tentu punya target konsumen yang berbeda jauh.
Kebanyakan pengguna fintech adalah anak muda dan orang-orang yang aktif dalam transaksi online. Sedangkan bank konvensional menargetkan konsumen dari masyarakat umum, khususnya masyarakat yang ingin menyimpan, berinvestasi, atau meminjam dalam jumlah banyak.
Meskipun dengan berbagai macam kemudahan dompet online, kebanyakan pengguna dompet online tetap akan menyimpan saldo utama mereka di bank konvensional jika jumlahnya besar.
Begitu pun dengan pinjaman online. Jika pinjaman yang diajukan bukan untuk hal-hal konsumtif, seperti untuk modal usaha, maka masyarakat tidak akan meminjam ke aplikasi pinjol.
Hal ini masih ada hubungannya juga dengan poin sebelumnya, yaitu keamanan dan manajemen risiko di bank konvensional lebih terjamin dibandingkan fintech.
3. Teknologi
Sesuai dengan namanya, fintech tentu punya teknologi yang jauh lebih canggih dibandingkan dengan aplikasi bank konvensional. Selain itu, banyaknya pengguna smartphone di Indonesia juga menjadi keunggulan yang peminat fintech terus meningkat.
Bank konvensional memang punya aplikasi seperti mBanking. Tapi aplikasi tersebut hanya bisa digunakan untuk transfer dan cek saldo saja. Selebihnya, tidak ada lagi fitur dalam aplikasi m Banking yang dipakai oleh para nasabah.
Sedangkan dalam aplikasi fintech, misalnya aplikasi dompet digital, semua jenis transaksi baik kredit maupun debit bisa Anda lakukan. Pengajuan pinjaman juga bisa dilakukan langsung lewat aplikasi yang sama. Jika uang ingin dicairkan, maka tinggal pindahkan saldo ke rekening ATM dari aplikasi yang sama juga.
Inilah salah satu hambatan yang membuat bank konvensional mulai ditinggalkan oleh masyarakat modern. Bahkan masih ada banyak BPR yang bergantung dengan cara tradisional seperti rekening tanpa ATM atau harus bawa buku tabungan dan dokumen lainnya untuk setor maupun penarikan saldo.
4. Struktur dan Inovasi
Faktor yang bisa dipakai untuk membandingkan bank dan fintech adalah dari segi inovasi.
Fintech memiliki struktur organisasi yang lebih terbuka, sehingga antara satu startup dengan yang lainnya sering kali berbagi informasi agar saling menguntungkan. Sehingga, inovasi baru bisa diciptakan dengan lebih cepat berkat kerja sama antar perusahaan.
Fintech bahkan berbagi API (Application Programming Interface) yang sama. API sendiri adalah teknologi yang dipakai agar 2 aplikasi bisa saling berkomunikasi.
Sedangkan dalam bank konvensional, umumnya tiap bank bergerak masing-masing. Mungkin ada beberapa bank seperti ATM Bersama yang membuat partnership agar transaksi bisa lebih mudah. Tapi kerja sama tersebut hanya sebatas di wilayah transaksi saja.
Pada fintech, setiap startup dengan API yang sama akan mendapatkan data transaksi dan aktivitas nasabah di aplikasi mereka. Sehingga setiap startup bisa melakukan analisa dan mencari peluang untuk meningkatkan layanan mereka.
Apakah Bank Konvensional akan Dikalahkan Fintech?
Jika tidak mau berinovasi, tentu bank konvensional akan ditinggalkan oleh nasabahnya. Apalagi bank yang masih tradisional seperti koperasi dan BPR.
Oleh karena itu, diperlukan inovasi dengan cepat oleh BPR agar bisa mengejar kemudahan layanan fintech, salah satunya dengan menggunakan aplikasi mobile banking BPR seperti buatan Cardlez. Sehingga pemindahan saldo tabungan milik nasabah BPR bisa dilakukan secara online tanpa harus bawa buku tabungan ke kantor cabang.
Dengan Cardlez, nasabah BPR juga bisa melakukan transaksi pembayaran seperti bayar listrik, beli pulsa, bayar air, dan lain sebagainya.
Baca juga: Aplikasi Mobile Banking untuk Koperasi dan Bank BPR
Jadi seperti itulah pembahasan tentang fintech dan bank. Pada akhirnya, mayoritas masyarakat akan memilih layanan yang memberi kemudahan untuk nasabahnya. Kalaupun ada bank konvensional yang tetap bertahan, mungkin hanya perusahaan-perusahaan besar yang punya banyak modal saja.