Open Banking API Untuk Tingkatkan Kualitas Layanan Finansial

Kebanyakan penyedia layanan finansial di Indonesia saat ini sudah menyadari manfaat dari penggunaan Open Banking API. Jika Anda perhatikan, semakin banyak pula aplikasi perbankan dan financial services yang hadir dari berbagai macam perusahaan di dalam negeri, misalnya aplikasi pinjaman online, aplikasi m Banking, atau aplikasi perbankan dari BPR dan koperasi.

Aplikasi-aplikasi tersebut dibuat menggunakan Open Banking API yang sama. Sehingga mereka bekerja sama dengan perusahaan yang sama dan memiliki fitur yang kurang lebih sama untuk memperlengkap fitur di dalam aplikasi serta mempermudah nasabah dalam menggunakan aplikasi tersebut.

Lalu sebenarnya, apa itu Open Banking API? Apakah layanan ini bisa membahayakan bagi nasabah?

Open Banking API Untuk Tingkatkan Kualitas Layanan Finansial

Apa itu Open Banking?

Sebelum membahas tentang open banking API, kita perlu bahas dulu soal apa itu open banking, atau lebih tepatnya The Open Banking Project (OPB).

Berdasarkan situs Investopedia, open banking adalah sebuah kegiatan perbankan dimana sebuah perusahaan memberikan financial services kepada pihak ketika agar konsumennya bisa melakukan transaksi pembayaran, transaksi antar bank, atau melakukan transaksi non-bank lainnya seperti beli pulsa dan bayar listrik dengan menggunakan API.

Dalam dunia perbankan, menggunakan sistem open banking ini merupakan sebuah inovasi besar yang bisa mengubah industri perbankan di dunia.

Dengan konsep yang sama, perusahaan perbankan akan memberikan akses data nasabah kepada perusahaan pihak ketiga, biasanya adalah startup fintech. Sehingga, seluruh perusahaan yang menggunakan sistem ini akan saling bekerja sama dalam membuat satu API serupa yang saling terhubung.

Lalu, bukannya perusahaan tidak boleh membagikan data diri nasabahnya?

Memang membagikan data diri nasabah adalah tindakan ilegal bagi perusahaan, kecuali untuk kebutuhan pengadilan dan semacamnya. Tapi, perusahaan yang menggunakan sistem open banking sudah menuliskan persyaratan bahwa nasabahnya setuju akan konsep ini.

Persetujuan nasabah dilakukan lewat tanda tangan digital, baik berupa verifikasi atau dengan menceklis kotak "Saya setuju dengan persyaratan dan ketentuan aplikasi". Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa baca tiap halaman syarat dan ketentuan atau terms and service dari tiap aplikasi yang didalamnya terdapat sistem pembayaran atau bisa melakukan transaksi.

Apa itu API?

Tadi kita sudah membahas tentang open banking. Sekarang, kita akan bahas tentang API alias Application Programming Interface.

Berbeda dengan open banking, API bukanlah istilah dalam dunia financial services, melainkan sebuah istilah yang digunakan dalam dunia teknologi dan aplikasi.

Secara garis besar, API adalah sebuah kumpulan data yang digunakan agar aplikasi bisa saling berkomunikasi. Sebagai contoh, aplikasi Facebook bisa terintegrasi dengan aplikasi Facebook Messenger, sebab keduanya menggunakan satu API yang sama. Sehingga akun-akun yang muncul dalam aplikasi Facebook Messenger memiliki data yang sama dengan aplikasi Facebook.

Dikutip dari situs Mule Soft, semua aplikasi memiliki API. Nah, dalam sistem open banking, service providers akan menggunakan API yang sama agar bisa saling terintegrasi dengan aplikasi lainnya.

Sebagai contoh, dengan aplikasi dompet digital tertentu Anda bisa beli pula, transaksi pembayaran ke toko online, transfer antar bank atau antar dompet digital, dan masih banyak lagi. Selain itu, di dalam aplikasi toko online pun Anda bisa melihat saldo dari dompet digital yang berbagi API sama.

Baca juga: Integrasi Core Banking Permudah Layanan Perbankan Koperasi dan BPR

Jenis-jenis API dalam Layanan Financial

Sebenarnya ada banyak jenis API yang digunakan untuk membuat aplikasi. Namun dalam dunia financial services, khususnya dalam open banking, hanya ada 3 jenis API yang digunakan, yaitu:

Mari kita bahas pengertian dan perbedaan dari masing-masing API di atas.

1. Open API

Open API adalah jenis API yang paling banyak digunakan dalam dunia open banking.

Dengan open API, seluruh data nasabah bisa dibagikan ke perusahaan third party agar saling bekerja sama. Sehingga aplikasi dengan API yang sama punya jaringan sistem pembayaran lebih luas dan fitur yang lebih lengkap.

Di mata konsumen, satu aplikasi yang bisa dipakai untuk bayar segala jenis kebutuhan tentunya jauh lebih menarik.

Kebanyakan aplikasi dompet digital, toko online, dan aplikasi layanan finansial menggunakan open API dalam menjalankan layanan mereka.

Jenis-jenis API dalam Layanan Financial

2. Private API

Selanjutnya ada private API, yaitu kumpulan data yang dikumpulkan, disimpan, dan digunakan sendiri oleh satu perusahaan saja. Di Indonesia, hanya ada beberapa perusahaan yang menggunakan private API, umumnya bank-bank besar yang sudah beroperasi selama puluhan tahun dan sudah memiliki data nasabah sangat banyak.

Dengan private API, fitur dan data yang bisa ditampilkan dalam aplikasi hanya berupa informasi pribadi saja, misalnya jumlah saldo, riwayat transaksi, dan semacamnya.

Biasanya aplikasi dengan private API tidak punya sistem pembayaran ke layanan lain, tapi tetap bisa melakukan transaksi ke sesama bank.

3. Partner API

Terakhir, ada partner API. Sesuai dengan namanya, aplikasi dengan API ini hanya akan membagikan data mereka ke perusahaan yang sudah menjadi rekan bisnis.

Umumnya bank yang tergabung dalam kelompok perusahaan tertentu menggunakan partner API dalam aplikasi dompet digital atau financial service mereka. Meskipun sistem pembayaran dan fiturnya lebih terbatas, tapi data nasabah dinilai lebih aman.

Bagaimana Open Banking API Meningkatkan Kualitas Layanan Finansial?

Banyaknya aplikasi dompet digital baru sebenarnya merupakan tanda bahwa open banking API terbukti bisa meningkatkan kualitas layanan finansial untuk konsumen maupun perusahaan.

Untuk perusahaan yang bergerak di bidang finansial, The Open Banking Project membuka peluang agar perusahaan-perusahaan kecil yang baru berdiri, startup, atau BPR dan koperasi agar bisa bekerja sama tanpa harus berhubungan secara langsung.

Sesuai dengan namanya, kerja sama ini berlangsung secara open alias terbuka untuk semua penyedia layanan finansial.

Perusahaan fintech yang tergabung dalam Open Banking Project bisa menganalisa dan memberikan inovasi baru dalam Personal Finance Management berdasarkan data nasabah yang mereka terima. Sehingga perusahaan yang bergerak di bidang keuangan langsung seperti BPR tahu layanan apa yang harus mereka tingkatkan.

Jadi tak heran jika open banking API bisa memberikan dampak besar kepada layanan finansial dan sistem pembayaran di Indonesia. Sebab semua perusahaan, fintech dan bank saling bekerja sama untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat.

Baca juga: Definisi dan Jenis Mobile Banking yang Bisa Dipakai Nasabah

Apakah Ada Aplikasi Mobile Banking dengan Open API dari Indonesia?

Indonesia tentunya sudah punya beberapa aplikasi untuk pembayaran dan keuangan yang menggunakan open API, salah satunya adalah Cardlez.

Dengan platform ini, semua kegiatan microtransaction bisa dilakukan dalam satu aplikasi yang sama, tanpa harus gonta-ganti akun, dan tanpa harus menggunakan kartu ATM.

Cardlez sendiri sangat cocok digunakan sebagai platform dalam mengatur keuangan nasabah BPR dan koperasi. Sebab semua fiturnya sudah disesuaikan dengan kebutuhan nasabah BPR dan koperasi, misalnya:

Kunjungi cardlez.com untuk informasi lebih lanjut!

Akhir Kata

Nah, jadi seperti itulah penjelasan tentang open bank API dan manfaatnya untuk layanan keuangan masyarakat Indonesia. Inovasi ini memang memiliki kelebihan dan kekurangan di mata masyarakat. Tapi bukti di lapangan tetap banyak masyarakat yang menggunakan aplikasi dengan Open Banking API.

Fintech vs Bank, Manakah yang Lebih Baik?

Menjamurnya pertumbuhan fintech di Indonesia membuat banyak orang membanding-bandingkan antara fintech vs bank. Keduanya sama-sama instansi yang bergerak di bidang finansial, tapi yang satu sering kali dicap buruk oleh masyarakat awam. Sedangkan yang satunya lahir lebih dulu tapi tidak punya perkembangan signifikan apapun selama bertahun-tahun.

Walaupun fintech sering dikaitkan dengan pinjaman online bunga besar, paylater, dan hal-hal lainnya yang bisa merugikan masyarakat, faktanya startup fintech terus berkembang di Indonesia. Bahkan ada yang sudah menjadi sebuah unicorn dengan value lebih dari 1 miliar Dollar US.

Lalu, apakah adanya fintech akan membuat bank konvensional jadi makin terpuruk? Mari kita bahas bersama dalam artikel berikut ini.

Fintech vs Bank, Manakah yang Lebih Baik?

Apa Itu Fintech?

Semua orang pasti sudah tahu apa itu bank, yaitu tempat menyimpan dan mengirim uang. Namun, masih banyak yang belum paham apa itu fintech, jadi mari kita mulai dari menjelaskan definisi fintech.

Dikutip dari Forbes, Fintech atau Financial Technology adalah sebuah teknologi berupa software, aplikasi, atau website, yang digunakan untuk memberikan layanan finansial. Jadi bisa dikatakan, semua aplikasi yang berhubungan dengan finansial adalah contoh dari fintech.

Layanan fintech di Indonesia saat ini semakin beragam, contohnya aplikasi seperti:

Jadi bisa dibilang, semua layanan yang dulu hanya bisa ditemui di bank konvensional, kini sudah hadir dalam HP berupa aplikasi tersebut.

Itulah banyak orang menganggap adanya fintech bisa mengancam perkembangan bank konvensional.

Namun, masyarakat sering kali melihat startup fintech sebagai hal buruk karena banyaknya startup yang beroperasi tanpa ada izin resmi.

Untuk Anda yang belum tahu, memberikan layanan finansial di Indonesia tidak bisa sembarangan. Dibutuhkan pengawasan dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) jika ingin mendapatkan perlindungan hukum yang resmi. Sedangkan banyak startup yang belum mendapat izin dari OJK tapi sudah beroperasi dan menawarkan produknya ke masyarakat.

Berita mengenai fintech menjadi ramai ketika banyak masyarakat yang terlilit hutang dengan bunga tidak masuk akal oleh aplikasi pinjaman online. Padahal, aplikasi pinjaman online tersebut belum terdaftar dalam OJK.

Baca juga: Mengenal Lebih Dalam Tentang Financial Technology

Fintech vs Bank, Mana yang Lebih Baik

Seperti yang sudah dikatakan tadi, kedua jenis usaha ini sama-sama bergerak di bidang finansial dan jasa keuangan. Tapi keduanya punya banyak perbedaan. Perbedaan ini bisa kita lihat dari faktor tertentu, misalnya:

Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas apa saja perbedaan fintech vs bank berdasarkan situs Difference Between.

1. Tujuan

Seperti yang sudah dikatakan tadi, baik fintech maupun bank sama-sama bertujuan untuk memberi layanan keuangan.

Tapi, fintech memberikan layanan finansial yang cepat, instan, dan persyaratan mudah demi meningkatkan pengalaman konsumen ketika menggunakan layanan mereka. Sebagai contoh dompet digital bisa dibuat dengan cepat tanpa harus datang ke kantor cabang. Selain itu tidak ada biaya administrasi bulanan jika menyimpan uang di sini.

Sedangkan bank memiliki layanan finansial yang lebih lambat namun mementingkan keamanan dan manajemen risiko nasabah. Sebagai contoh, Anda perlu membawa bermacam dokumen waktu ingin membuka rekening bank, selain itu ada biaya administrasi dan minimal deposit. Tapi, bank menjamin keamanan uang nasabah dan siap bertanggung jawab atas segala macam kerugian yang dialami oleh nasabah.

2. Target Konsumen

Fintech dan bank tentu punya target konsumen yang berbeda jauh.

Kebanyakan pengguna fintech adalah anak muda dan orang-orang yang aktif dalam transaksi online. Sedangkan bank konvensional menargetkan konsumen dari masyarakat umum, khususnya masyarakat yang ingin menyimpan, berinvestasi, atau meminjam dalam jumlah banyak.

Meskipun dengan berbagai macam kemudahan dompet online, kebanyakan pengguna dompet online tetap akan menyimpan saldo utama mereka di bank konvensional jika jumlahnya besar.

Begitu pun dengan pinjaman online. Jika pinjaman yang diajukan bukan untuk hal-hal konsumtif, seperti untuk modal usaha, maka masyarakat tidak akan meminjam ke aplikasi pinjol.

Hal ini masih ada hubungannya juga dengan poin sebelumnya, yaitu keamanan dan manajemen risiko di bank konvensional lebih terjamin dibandingkan fintech.

3. Teknologi

Sesuai dengan namanya, fintech tentu punya teknologi yang jauh lebih canggih dibandingkan dengan aplikasi bank konvensional. Selain itu, banyaknya pengguna smartphone di Indonesia juga menjadi keunggulan yang peminat fintech terus meningkat.

Bank konvensional memang punya aplikasi seperti mBanking. Tapi aplikasi tersebut hanya bisa digunakan untuk transfer dan cek saldo saja. Selebihnya, tidak ada lagi fitur dalam aplikasi m Banking yang dipakai oleh para nasabah.

Fintech vs Bank, Mana yang Lebih Baik

Sedangkan dalam aplikasi fintech, misalnya aplikasi dompet digital, semua jenis transaksi baik kredit maupun debit bisa Anda lakukan. Pengajuan pinjaman juga bisa dilakukan langsung lewat aplikasi yang sama. Jika uang ingin dicairkan, maka tinggal pindahkan saldo ke rekening ATM dari aplikasi yang sama juga.

Inilah salah satu hambatan yang membuat bank konvensional mulai ditinggalkan oleh masyarakat modern. Bahkan masih ada banyak BPR yang bergantung dengan cara tradisional seperti rekening tanpa ATM atau harus bawa buku tabungan dan dokumen lainnya untuk setor maupun penarikan saldo.

4. Struktur dan Inovasi

Faktor yang bisa dipakai untuk membandingkan bank dan fintech adalah dari segi inovasi.

Fintech memiliki struktur organisasi yang lebih terbuka, sehingga antara satu startup dengan yang lainnya sering kali berbagi informasi agar saling menguntungkan. Sehingga, inovasi baru bisa diciptakan dengan lebih cepat berkat kerja sama antar perusahaan.

Fintech bahkan berbagi API (Application Programming Interface) yang sama. API sendiri adalah teknologi yang dipakai agar 2 aplikasi bisa saling berkomunikasi.

Sedangkan dalam bank konvensional, umumnya tiap bank bergerak masing-masing. Mungkin ada beberapa bank seperti ATM Bersama yang membuat partnership agar transaksi bisa lebih mudah. Tapi kerja sama tersebut hanya sebatas di wilayah transaksi saja.

Pada fintech, setiap startup dengan API yang sama akan mendapatkan data transaksi dan aktivitas nasabah di aplikasi mereka. Sehingga setiap startup bisa melakukan analisa dan mencari peluang untuk meningkatkan layanan mereka.

Apakah Bank Konvensional akan Dikalahkan Fintech?

Jika tidak mau berinovasi, tentu bank konvensional akan ditinggalkan oleh nasabahnya. Apalagi bank yang masih tradisional seperti koperasi dan BPR.

Oleh karena itu, diperlukan inovasi dengan cepat oleh BPR agar bisa mengejar kemudahan layanan fintech, salah satunya dengan menggunakan aplikasi mobile banking BPR seperti buatan Cardlez. Sehingga pemindahan saldo tabungan milik nasabah BPR bisa dilakukan secara online tanpa harus bawa buku tabungan ke kantor cabang.

Dengan Cardlez, nasabah BPR juga bisa melakukan transaksi pembayaran seperti bayar listrik, beli pulsa, bayar air, dan lain sebagainya.

Baca juga: Aplikasi Mobile Banking untuk Koperasi dan Bank BPR

Jadi seperti itulah pembahasan tentang fintech dan bank. Pada akhirnya, mayoritas masyarakat akan memilih layanan yang memberi kemudahan untuk nasabahnya. Kalaupun ada bank konvensional yang tetap bertahan, mungkin hanya perusahaan-perusahaan besar yang punya banyak modal saja.

Mengenal Lebih Dalam Tentang Financial Technology

Perkembangan financial technology bukan hanya tengah gencar di Indonesia, tapi juga negara-negara maju maupun negara berkembang yang lain. Salah satu alasannya adalah karena masyarakat tidak tahan lagi dengan keterbatasan teknologi pada industri perbankan.

Memang jika diperhatikan, perkembangan teknologi di dunia perbankan jauh lebih lambat dibandingkan industri lainnya. Padahal industri ini punya hubungan langsung dengan kebutuhan utama manusia, yaitu finansial dan uang.

Adanya fintech yang jumlahnya terus bertambah, dengan inovasi-inovasi baru yang memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan finansial menjadi alasan kenapa financial technology bisa berkembang dengan sangat cepat.

Namun, apa sebenarnya fintech itu?

Mengenal Lebih Dalam Tentang Financial Technology

Apa yang Dimaksud Dengan Financial Technology?

Di Indonesia, kata fintech atau financial technology sering kali dikaitkan dengan aplikasi jasa keuangan, khususnya pinjaman online. Pernyataan tersebut memang benar, tapi fintech tidak sebatas hanya jasa keuangan dan pinjaman online saja.

Dikutip dari situs Investopedia, istilah financial technology digunakan untuk semua jenis inovasi dalam transaksi keuangan yang berhubungan dengan teknologi digital.

Pada awalnya, istilah fintech digunakan untuk teknologi komputer yang digunakan untuk mengawasi dan mengatur transaksi keuangan di bank atau perusahaan pertukaran mata uang. Namun kini istilah fintech lebih banyak digunakan untuk aplikasi atau layanan keuangan yang punya inovasi tertentu.

Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan financial technology sebenarnya sama saja dengan perusahaan bank, misalnya:

Tapi bedanya, semua kegiatan ini dilakukan tanpa datang ke kantor cabang terdekat. Bahkan nasabah fintech biasanya tidak bertemu dengan satu karyawan pun yang bekerja di perusahaan tempat mereka melakukan deposit atau mengajukan kredit.

Perkembangan Fintech di Indonesia

Seperti yang sudah dikatakan tadi, fintech bukan hanya berkembang di Indonesia, tapi juga di hampir semua negara dengan masyarakat yang sudah melek teknologi.

Salah satu alasan mengapa perkembangan financial technology sangat cepat adalah karena penggunaan smartphone dan internet yang juga sudah merata. Karena berbeda dengan perusahaan bank konvensional, fintech hanya bisa beroperasi lewat internet dan dunia digital.

Seluruh layanan keuangan fintech dilakukan lewat digital. Di satu sisi, hal ini membuat masyarakat yang tinggal di daerah gunung dan jauh dari kota bisa tetap mendapatkan layanan keuangan tanpa harus ke bank terdekat. Di sisi lain, transaksi keuangan secara digital masih punya banyak resiko seperti peretasan karena masyarakat Indonesia belum sadar sepenuhnya bahaya di dunia digital.

Apakah Fintech Diatur oleh Bank Indonesia?

Di Indonesia, perusahaan fintech tidak termasuk sebagai perusahaan bank. Tapi semua kegiatan layanan keuangan yang dilakukan di perusahaan ini tetap diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan dan diatur oleh Bank Indonesia.

Sebagai lembaga keuangan yang berwenang di Indonesia, tentunya Bank Indonesia tidak membiarkan perusahaan fintech beroperasi tanpa aturan.

Ditambah lagi sempat ramai kejadian beberapa tahun lalu dimana banyak masyarakat Indonesia yang terlilit hutang karena aplikasi jasa keuangan fintech. Itulah mengapa peraturan yang dibuat oleh Bank Indonesia mengenai fintech semakin jelas.

Bank Indonesia memastikan perlindungan terhadap hak-hak konsumen atau nasabah terhadap perusahaan. Selain itu, Bank Indonesia juga mewajibkan setiap perusahaan fintech untuk patuh terhadap aturan makroprudensial Bank Indonesia.

Apa Saja Jenis-Jenis Fintech?

Fintech tentunya menyediakan layanan finansial atau jasa keuangan. Itulah mengapa perusahaan ini diawasi oleh lembaga keuangan seperti OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan Bank Indonesia.

Namun jenis layanan yang disediakan oleh fintech pun sangat beragam. Oleh karena itu kita bisa membagi jenis fintech berdasarkan jenis layanan yang disediakan.

Nah, berikut ini adalah jenis-jenis layanan yang disediakan oleh fintech.

1. Digital Lending

Digital landing adalah salah satu layanan fintech yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Sederhananya, digital lending adalah layanan dimana nasabah bisa mengajukan kredit dengan teknologi p2p lending atau peer to peer lending.

Peer to peer lending merupakan sistem kredit dimana pemberi pinjaman memberikan dana langsung ke peminjam tanpa menggunakan perantara orang lain. Dengan perkembangan teknologi saat ini, satu-satunya perantara yang digunakan dalam p2p lending hanyalah aplikasi digital.

Layanan digital lending yang disediakan oleh fintech umumnya diajukan oleh nasabah untuk kebutuhan pribadi. Sebab jaminan yang dibutuhkan tidak banyak, dana cepat cair, tapi dengan jumlah maksimal yang ditentukan di bawah 20 juta Rupiah.

2. Digital Payment

Sesuai dengan namanya, digital payment adalah layanan yang bisa membantu masyarakat Indonesia dalam memudahkan kebutuhan pembayaran. Baik itu pembayaran kebutuhan bulanan seperti bayar listrik, internet, dan air, atau kebutuhan yang sifatnya tersier seperti belanja online.

Kebanyakan perusahaan fintech yang menyediakan layanan digital payment adalah startup dompet digital.

Dengan teknologi yang ada saat ini, Anda tidak perlu lagi menggunakan aplikasi mobile banking untuk transaksi yang kecil-kecil alias microtransaction.

Adanya dompet digital sangat membantu mempercepat proses pembayaran kebutuhan masyarakat serta menghemat biaya administrasi. Sebab kebanyakan startup dompet digital selalu punya promo gratis transaksi ke bank dan gratis biaya administrasi bulanan.

Fitur-fitur seperti itulah yang membuat masyarakat banyak beralih dari bank konvensional ke aplikasi dompet digital dari fintech.

3. Blockchain

Jenis layanan fintech yang satu ini mungkin belum banyak didengar oleh masyarakat awam. Walaupun sudah banyak public figure yang mulai bermain blockchain, tapi kebanyakan hanya masyarakat kelas menengah ke atas yang paham bagaimana cara blockchain bekerja.

Sederhananya, blockchain adalah wadah yang digunakan untuk proses transaksi dan penyimpanan mata uang digital.

Disebut blockchain karena sistem ini punya wujud digital seperti rangkaian blok yang berisi data transaksi.

Blockchain disebut sebagai "safest transaction system in the world", sebab semua transaksi yang tercatat di sini tidak bisa diubah oleh siapapun.

4. Digital Wealth Management

Dan yang terakhir, fintech juga bergerak di layanan investment and wealth management. Bagi beberapa orang, blockchain sendiri sebagai salah satu jenis wealth management, karena mata uang kripto dianggap sebagai sebuah investasi.

Meskipun begitu, perusahaan fintech juga banyak yang bergerak di bidang investasi umum, misalnya saham, obligasi, emas, dan masih banyak lagi.

Sama dengan dompet digital, alasan kenapa banyak orang lebih pilih digital wealth management dari perusahaan fintech adalah karena kemudahan yang diberikan. Nasabah tidak perlu datang dan mengurus dokumen-dokumen apapun untuk mulai berinvestasi.

Bahkan semua langkah mulai dari registrasi, sistem pembayaran, sampai ketika hasil investasi bisa dicairkan, semuanya bisa dilakukan dari rumah.

Dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini, investasi jadi bisa dilakukan oleh siapa saja, bahkan masyarakat dengan penghasilan UMR sekalipun. Secara tidak langsung, hal ini juga membantu hidup masyarakat agar sadar akan ancaman inflasi, nilai mata uang yang terus menurun, serta pentingnya berinvestasi sejak muda.

Apa Saja Jenis-Jenis Fintech?

Apa Bedanya Fintech dengan Bank?

Berdasarkan situs Monei.com, ada 4 hal yang membedakan fintech dengan bank, yaitu:

Terlepas dari ke-4 poin di atas, fintech dan bank tidak punya perbedaan signifikan lainnya. Keduanya sama-sama memberikan layanan keuangan dengan tujuan membantu hidup masyarakat. Keduanya juga sama-sama diatur oleh Bank Indonesia.

Nah, sekarang mari kita bahas bagaimana empat hal diatas bisa membedakan antara fintech dan bank.

1. Sumber Dana

Bank dan fintech sama-sama memberikan pinjaman kepada nasabah, tapi keduanya punya sumber dana yang berbeda.

Startup fintech mendapatkan sumber dana dari investasi atau investor baik dalam maupun luar negeri. Sedangkan bank memberikan pinjaman dari dana deposito, tabungan, modal pemilik, atau saham yang terikat dengan bank tersebut.

2. Risk Factor

Walaupun sudah diawasi oleh OJK dan diatur oleh Bank Indonesia, fintech punya faktor resiko yang lebih besar dibandingkan bank. Baik ketika mengajukan pinjaman kredit, tabungan, atau jenis transaksi apapun yang disediakan.

Salah satunya karena regulasi mengenai fintech cenderung masih berubah-ubah. Bank Indonesia masih akan mengganti aturan tertentu yang bisa meningkatkan perlindungan terhadap konsumen.

Fintech sendiri masih tergolong inovasi baru dalam dunia perbankan. Jadi tak heran jika regulasinya masih sering diperbarui.

Berbeda dengan bank yang sudah melayani selama puluhan tahun.

3. Teknologi

Sesuai dengan namanya, fintech sudah pasti punya teknologi yang lebih canggih dibandingkan aplikasi digital banking yang ada saat ini. Bahkan, kebanyakan aplikasi mBanking mengadopsi inovasi yang sudah dilakukan oleh fintech dulu.

Cepat dalam melakukan inovasi teknologi baru merupakan kelebihan utama dari fintech.

Inovasi baru yang diciptakan oleh startup fintech juga dilakukan berdasarkan analisa kebiasaan dan aktivitas masyarakat dalam bertransaksi dan menggunakan sistem pembayaran.

4. Growth Potential

Yang terakhir, perbedaan antara fintech dan bank dilihat dari growth potential-nya. Sebagai sebuah bisnis baru, banyak startup fintech yang berkembang dengan cepat menjadi sekelas unicorn.

Dibandingkan dengan bank konvensional, perkembangan perusahaan financial technology jauh lebih cepat dari segi nilai, jumlah nasabah, maupun dari segi layanan.

Apakah Bank Bisa Memanfaatkan Inovasi Financial Technology?

Melihat cepatnya inovasi yang diciptakan oleh fintech bisa membuat bank jadi makin tidak relevan. Namun, rendahnya risk factor dalam penggunaan bank juga akan membuat masyarakat tetap memilih bank dibandingkan fintech yang terlalu beresiko.

Oleh karena itu, bank yang memanfaatkan teknologi dari fintech akan menjadi penengah dengan growth dan inovasi yang cepat namun risk faktor yang tetap rendah.

Saat ini mulai banyak bank yang bekerja sama dan memanfaatkan inovasi dari financial technology, khususnya bank BPR dan koperasi agar layanannya tidak ketinggalan jaman.

Bersama tim khusus yang berpengalaman di bidang teknologi finansial seperti Cardlez, puluhan BPR di Indonesia sudah bertransisi dari cara tradisional menuju era digital.

Seluruh layanan seperti pengajuan kredit cepat, sistem pembayaran auto debit dan toko online, pencairan ke bank mana saja, serta deposit tanpa biaya administrasi kini bisa dilakukan oleh nasabah BPR.

Seperti itulah penjelasan lengkap mengenai financial technology. Jika bekerja sama, fintech dan bank bisa menciptakan banyak inovasi dan layanan finansial yang akan membantu urusan keuangan, permodalan, hingga gaya hidup masyarakat Indonesia agar semakin maju.

Kenali Jenis Bank Digital Serta Kelebihan dan Kekurangannya

Terus meningkatnya kemampuan teknologi yang bisa membantu kehidupan manusia membuat dunia perbankan terus melahirkan inovasi baru untuk mempermudah nasabah nya, salah satunya dengan menciptakan bank digital. Sehingga produk perbankan kini semakin mudah untuk diakses oleh semua kalangan masyarakat.

Bank digital bukan hanya membuka batasan untuk nasabah yang tinggal di daerah pinggiran dan belum tersedia ATM atau kantor cabang dari perusahaan bank tertentu. Namun, teknologi ini juga membuka penghalang bagi masyarakat yang punya keterbatasan fisik dan ingin memiliki tabungan sendiri.

Dengan mudahnya akses ke internet, semua layanan kini juga beralih dari cara konvensional menjadi digital.

Tapi, apa itu bank digital? Mari kita bahas lengkap dalam artikel berikut ini.

Kenali Jenis Bank Digital Serta Kelebihan dan Kekurangannya

Apa Itu Bank Digital?

Berdasarkan Forbes, bank digital atau digital banking adalah sebuah teknologi dimana layanan bank bisa diakses di platform tertentu secara online.

Sebelumnya Anda mungkin sudah pernah dengar tentang teknologi SMS banking, dimana transfer dan menggunakan layanan bank lainnya dilakukan lewat SMS. Nah, digital banking punya konsep yang sama, tapi media yang digunakan bukan lewat SMS, melainkan lewat internet.

Penggunaan digital banking sebenarnya sudah cukup lama. Dikutip dari Wikipedia, bank digital yang saat ini kita gunakan sudah dikembangkan sejak era 2000'an. Walaupun kalau dilihat dari teknologinya, ATM juga dianggap sebagai teknologi bank digital yang sudah digunakan dari tahun 1900'an.

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, internet punya peran yang sangat penting dalam dunia bank digital.

Baik bank digital di HP maupun lewat laptop dan komputer, semuanya perlu konektivitas internet untuk bisa mengakses data tabungan, melakukan transaksi, cek saldo, atau melakukan kegiatan apapun di bank digital.

Itulah mengapa, perkembangan bank digital di Indonesia bisa dibilang agak telat jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Di Indonesia, digital banking dan online banking baru banyak dipakai sekitar 5 sampai 10 tahun yang lalu, dimana internet sudah bisa diakses oleh masyarakat umum dan smartphone Android mulai bermunculan.

Apa Saja Jenis-jenis Bank Digital?

Saat ini, hanya ada 2 jenis bank digital yang paling banyak digunakan, yaitu:

Keduanya sama-sama membutuhkan akses internet waktu mau dipakai, tapi ada yang perbedaan di antara kedua jenis bank digital ini. Untuk lebih jelasnya, mari bahas pengertian dari masing-masing jenis bank digital di atas.

1. Online Banking / Internet Banking

Online banking atau internet banking adalah versi awal dari digital banking modern. Inovasi ini sudah dipakai sejak internet bisa diakses oleh masyarakat umum di seluruh dunia.

Sesuai dengan namanya, dengan internet banking Anda hanya butuh akses internet saja. Halaman bank digital sendiri bisa dibuka lewat situs resmi masing-masing bank tempat nasabah menabung.

Saat ini, bank digital bisa dibuka lewat platform apapun yang punya browser, misalnya komputer, laptop, mac, bahkan HP.

Tapi untuk meningkatkan keamanan pengguna, beberapa halaman bank digital hanya bisa dibuka lewat browser versi terbaru saja.

2. Mobile Banking

Berbeda dengan internet banking, mobile banking hanya bisa dibuka lewat platform mobile alias HP dan tablet saja.

Dulu, sebelum adanya aplikasi mobile banking Android dan iOS, istilah mobile banking adalah sebutan untuk bank digital lewat SMS alias SMS banking.

Tapi sejak adanya smartphone Android dan iPhone, maka bank-bank mulai mengembangkan teknologi yang dipakai untuk SMS banking agar bisa punya UI (User Interface) yang lebih menarik dan mudah digunakan oleh semua orang.

Dari situlah lahir aplikasi mobile banking yang sering kita pakai saat ini.

Sama seperti internet banking, aplikasi mobile banking dari beberapa bank hanya bisa dipasang di smartphone dengan versi Android atau iOS terbaru. Hal tersebut dilakukan demi meningkatkan keamanan transaksi nasabah.

Baca juga: Definisi dan Jenis Mobile Banking yang Bisa Dipakai Nasabah

Apa Kelebihan dan Kekurangan Digital Banking?

Sebagai teknologi yang tergolong baru dan terus berkembang, tentu digital banking punya kelebihan dan kekurangan. Bahkan tidak sedikit masyarakat Indonesia yang masih mempertahankan cara lama dan tidak mau beralih ke bank digital karena alasan tertentu.

Apa Kelebihan dan Kekurangan Digital Banking?

Jadi setelah tau apa itu bank digital, Anda juga perlu tahu kelebihan dan kekurangannya berikut ini.

Kelebihan Bank Digital

Tujuan utama dikembangkannya bank digital pastinya agar nasabah bisa menggunakan layanan bank dimana saja dan kapan saja.

Jika dulu transfer hanya bisa lewat ATM, sekarang dari rumah pun Anda bisa mengirim uang ke siapapun. Kelebihan ini sangat penting di waktu-waktu darurat, dimana ada saudara atau teman yang butuh kiriman uang cepat, atau waktu pandemi seperti sekarang ini.

Selain itu, dengan bank digital nasabah juga bisa melihat mutasi tanpa harus cetak rekening koran.

Walaupun mutasinya terbatas paling lama hanya 1 tahun ke belakang, tapi cara ini lebih praktis karena Anda tidak perlu datang ke kantor cabang.

Aplikasi bank digital juga akan memberikan notifikasi tiap ada uang masuk atau keluar. Sehingga proses tracking dana di rekening bisa lebih cepat.

Jadi bisa disimpulkan kelebihan dari bank digital adalah seperti berikut.

Kekurangan Bank Digital

Salah satu alasan utama mengapa ada masyarakat yang tidak mau pakai mobile banking adalah karena keamanan yang kurang terjamin.

Sebelumnya sudah disebut jika bank digital hanya bisa dipakai di aplikasi browser dan OS versi terbaru. Sebab, aplikasi dan OS versi lama masih sangat rawan hacking dan peretasan dalam jenis apapun. Semakin tinggi versi sebuah browser dan OS, maka tingkat keamanannya semakin ditingkatkan.

Tapi kecerobohan dan kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia dalam berinternet juga jadi penyebab kenapa banyak penipuan di bank digital.

Salah satu kasus yang paling banyak adalah membagikan kode OTP ke oknum yang mengaku dari pihak bank, atau tergiur hadiah dari undian online yang meminta nasabah mengirimkan informasi rekening mereka.

Itulah mengapa, masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah pedesaan, bertahan menggunakan bank tradisional.

Apakah Bank Tradisional Bisa Punya Bank Digital Juga?

Dari penjelasan apa itu bank digital di atas, apakah bank-bank yang masih tergolong tradisional seperti BPR, bank BUMN, dan koperasi bisa beralih ke bank digital juga?

Tentunya bisa, bahkan sekarang sudah ada aplikasi bank digital khusus untuk nasabah BPR dan koperasi dari Cardlez.

Bank BPR memang belum punya ATM, sehingga transfer, setor tunai dan penarikan dana sejauh ini hanya bisa lewat kantor cabang. Oleh karena itu, adanya aplikasi bank digital akan sangat membantu para nasabah yang ingin memindahkan saldonya ke rekening lain tanpa harus keluar rumah.

 

Seperti itulah pembahasan mengenai apa itu bank digital beserta jenis dan kelebihan & kekurangannya. Walaupun aplikasi digital banking sudah terpasang di hampir semua smartphone masyarakat Indonesia, tapi penggunaan ATM tetap tidak bisa ditinggalkan.

Pemerintah Dukung BPR Digital Permudah Urusan UMKM

Pandemi menjadi salah satu pukulan telak bagi salah satu badan usaha di industri keuangan Indonesia. Pasalnya, hampir semua kegiatan termasuk transaksi perbankan kini diproses secara online. Oleh karena itu, pemerintah memberikan dukungan supaya berbagai kegiatan BPR dapat dilakukan secara virtual agar mempermudah para pelaku UMKM dalam menjalankan bisnisnya. Artikel kali ini akan membahas mengenai BPR Digital yang mulai digalakkan oleh pemerintah.

bpr digital

Dukungan Pemerintah untuk BPR Digital

Bank Perkreditan Rakyat atau yang kerap disingkat sebagai BPR serta Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang berikutnya disebut sebagai BPRS memiliki target nasabah tertentu. Pangsa pasar kedua bank tersebut sudah dikerucutkan yaitu para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Pada Januari 2021 saja OJK melaporkan bahwa sebanyak 93% pengguna internet di Indonesia telah memanfaatkan internet untuk mencari barang dan kebutuhan mereka dan 79,1% diantaranya melakukan transaksi pembelian produk kebutuhan melalui smartphone. Perkembangan ini tentunya akan semakin meningkat selama beberapa tahun kedepan. Artinya, UMKM yang ada juga semakin bertambah banyak dan akan mengembangkan usahanya ke ranah digital.

Melihat trend dan perilaku masyarakat yang mulai melek teknologi, hal ini tentunya menjadi sebuah peluang bagi BPR dan BPRS untuk mendapatkan pasar yang lebih banyak lagi. Tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa kedua badan usaha di industri perbankan itu harus siap beradaptasi untuk menghadapi perubahan dan transformasi serta perkembangan teknologi yang ada supaya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dukungan pemerintah terhadap BPR dan BPRS pun ditunjukkan dengan diluncurkannya “Peta Jalan” oleh POJK. Peta Jalan dengan judul Pengembangan Industri BPR-BPRS 2021 - 2025 memiliki visi yang besar untuk masa depan industri bank perkreditan ini. 

BPR dan BPRS diharapkan dapat menjadi bank yang lincah dan adaptif sehingga mampu bertahan serta memberikan kontribusi dengan cara memberikan akses keuangan bagi para pelaku usaha dan masyarakat daerah melalui transformasi digital.

BPR digitalisasi diharapkan mampu memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk mengoptimalisasi layanan transaksi dana. OJK telah mengajak perusahaan financial technology berkolaborasi untuk merealisasikan ambisi ini.

Rangkaian inovasi ini ternyata juga dilatarbelakangi oleh hasil survei yang telah dilakukan oleh OJK di tahun 2019 silam. Ternyata, sebanyak 69% pelanggan bank perkreditan rakyat membutuhkan layanan yang tidak mengenal waktu dan bisa diakses seharian penuh. Jadi, BPR go digital adalah solusi tepat karena para nasabah bisa mengaksesnya selama 24 jam penuh tanpa perlu khawatir layanan tutup karena jam kerja sudah berakhir.

Baca juga : Integrasi Core Banking Permudah Layanan Perbankan Koperasi dan BPR

Baca juga : Mengenal Apa Itu Agunan dan Informasi Menarik Lainnya

Pentingnya Bank BPR go Digital

bank bpr go digital

Seperti yang telah diketahui mengenai perilaku masyarakat yang telah melek teknologi dan lebih memilih melakukan transaksi virtual, terdapat beberapa poin penting mengapa BPR sebaiknya harus segera bertransformasi ke layanan digital.

1. Pemanfaatan teknologi digital

Inovasi yang terjadi pada dunia Informasi dan Teknologi (IT) tentunya akan menjadi sia-sia jika tidak dimanfaatkan. Layanan digital tentunya akan menguntungkan jika dipergunakan dengan baik. Contohnya seperti pelayanan yang jauh lebih murah karena meminimalisir penggunaan kertas dan juga tenaga manusia yang digantikan oleh sistem. Hal ini berkesinambungan dengan durasi layanannya. Jika menggunakan layanan digital maka durasi pengerjaan atau proses dari suatu aktivitas relatif lebih cepat dibandingkan dengan layanan konvensional.

2. Inovasi ekosistem keuangan digital terintegrasi

OJK memiliki peran yang penting untuk memberikan dukungan terhadap inovasi yang ada di industri keuangan. Maka, dengan adanya digitalisasi perbankan akan membuat ekosistem keuangan menjadi semakin terintegrasi.

Selain itu, badan hukum industri keuangan di Indonesia dituntut untuk update dan mengikuti perkembangan teknologi sehingga dapat berjalan beriringan dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini bisa menjadi nilai tambah lembaga-lembaga perbankan di mata masyarakat.

3. Memperluas akses masyarakat di berbagai sektor

Jika BPR melebarkan sayapnya ke ranah digital maka masyarakat akan mendapatkan kemudahan yang lebih banyak. Masyarakat yang sebelumnya tidak pernah memiliki pengalaman dalam perbankan pun bisa terjamah. Selain itu, para pelaku usaha kecil mikro dan menengah pun dapat menikmati berbagai produk dan layanan secara digital.

Baca juga : Mengenal Credit Scoring System dan Berbagai Hal Didalamnya

Kolaborasi BPR dengan Perusahaan Fintech

Organisasi yang menaungi lebih dari 1500 Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah yaitu Perhimpunan Bank Bank Perkreditan Rakyat Indonesia atau yang disingkat sebagai Perbarindo telah membuat inovasi untuk segera berpindah haluan ke layanan digital.

Inovasi pertama yang dilakukan adalah penyusunan skema kolaborasi Bank Perkreditan Rakyat dengan berbagai pihak, salah satunya adalah perusahaan fintech. Bisa dikatakan bahwa kolaborasi antara dua badan hukum di industri jasa keuangan ini merupakan kunci utama supaya BPR dapat menjamah ranah digital.

Selain itu, OJK telah setuju atas kolaborasi yang akan dilakukan BPR dengan perusahaan Fintech P2P Lending. Skema dari kerjasama di tahap awal melibatkan tiga pihak sekaligus, mulai dari BPR, perusahaan fintech dan juga asuransi. 

Di kolaborasi ini, pihak BPR menempati posisi sebagai super lender, sedangkan perusahaan fintech bertugas underwriter serta mengakuisisi nasabah. Lalu perusahaan asuransi memainkan perannya sebagai penjamin kredit untuk mengurangi potensi resiko dan terjadinya hal yang tidak diinginkan di masa depan.

Inovasi kedua yang dirancang oleh Perbarindo adalah pengembangan BPR e-Cash melalui kolaborasi bersama dengan perusahaan fintech. BPR e-Cash sendiri adalah uang elektronik yang bisa digunakan melalui aplikasi di smartphone maupun website. Diharapkan program ini bisa dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan berbagai transaksi contohnya seperti transfer uang, isi pulsa, pembayaran tagihan dan QR.

Aplikasi BPR yang Modern 

Mobile banking merupakan aplikasi yang dibutuhkan masyarakat. Selain mengikuti perkembangan teknologi, aplikasi ini juga sangat membantu ketika berada di situasi pandemi. Pasalnya, nasabah tidak perlu datang ke bank untuk melakukan transaksi.

Terdapat perusahaan fintech yang telah bekerjasama dengan BPR, contohnya seperti PT. Invelli Solusindo dengan layanan Cardlez dengan basis aplikasi dan website. Nasabah yang terdaftar di Cardlez akan mendapatkan kemudahan dalam melakukan berbagai transaksi di BPR. 

Jadi, Anda dapat melakukan setoran dana lewat Virtual Account Bank. Hal ini tentunya akan memberikan pengalaman yang sama sekali tidak merepotkan. Nasabah bisa menyetorkan sejumlah dana ke rekening Bank Perkreditan Rakyat melalui layanan e-Channel Bank apapun.

Selain itu, Anda bisa melakukan pencairan dana ke bank lain. Maksudnya, Anda sebagai nasabah dapat melakukan pencairan dana dari rekening BPR atau koperasi ke rekening Bank lainnya. Kemudahan lainnya adalah Anda tidak perlu menuju Bank untuk dapat membuat akun karena aplikasi ini sudah menerapkan sistem e-KYC di mana verifikasi nasabah bisa dilakukan secara virtual.

Demikianlah informasi mengenai BPR digital yang telah digiatkan oleh pemerintah. Ternyata banyak keuntungan yang bisa didapatkan jika menggunakan layanan digital baik dari pihak BPR sebagai inisiator kolaborasi maupun masyarakat umum sebagai nasabah. Jadi, penggunaan BPR digital merupakan solusi yang tepat.

Baca juga : Manfaatkan Sistem Mobile Banking untuk BPR

Manfaatkan Sistem Mobile Banking untuk BPR

Perkembangan zaman telah membawa kita pada kemudahan dalam berbagai aspek. Salah satu industri yang telah memanfaatkan teknologi dan informasi adalah industri keuangan. Sudah banyak bermunculan bank digital telah merilis aplikasi keuangan yang dapat diakses melalui smartphone. Sistem mobile banking pada aplikasi perbankan digital ini cukup sederhana sehingga dapat digunakan dengan mudah. 

Apalagi di tengah kondisi pandemi seperti sekarang di mana masyarakat harus mengurangi mobilitas dan juga kontak fisik, jadi transaksi secara virtual merupakan solusi. Tapi, ternyata masih ada beberapa jenis bank yang belum juga go digital seperti Bank Perkreditan Rakyat atau yang kerap disebut sebagai BPR. Lalu apa yang membuat orang-orang bertahan menggunakan BPR tradisional dan mengapa tidak segera beralih ke bank digital? Artikel kali ini akan membahas mengenai seluk beluk mobile banking dan kaitannya dengan BPR digital.

Sistem Mobile Banking

sistem mobile banking

Seperti yang telah ditegaskan oleh Kepala Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan bahwa bank tradisional dituntut untuk melakukan digitalisasi agar nasabah tidak berpaling dan berhenti menggunakan layanannya. Hal ini mengartikan bahwa nasib bank tradisional sudah diambang akhir kejayaan sehingga mau tidak mau harus melakukan transformasi digital. Salah satu langkahnya adalah menggunakan aplikasi perbankan yaitu mobile banking.

Mobile banking merupakan sebuah layanan digital untuk melakukan berbagai transaksi tanpa harus mendatangi bank. Konsep utamanya masih sama dengan bank konvensional di mana bank merupakan tempat di mana Anda bisa melakukan berbagai pembayaran dan transaksi. Perbedaan terbesar adalah sistem dan media yang digunakan pada keduanya yaitu digital dengan proses dan birokrasi secara virtual dan sistem konvensional yang harus bertatap muka dan prosesnya sering berpindah tangan.

Jika Anda perlu melakukan pembayaran atau transfer melalui teller bank maka Anda perlu menyiapkan beberapa berkas seperti ktp, buku tabungan dan sebagainya. Namun, Anda tidak perlu menyiapkan berkas-berkas tersebut ketika akan mentransfer menggunakan mobile banking.

Pasalnya, sistem mobile banking sudah menyimpan data-data tersebut. Rekening Anda akan tetap aman karena terdapat teknologi sistem informasi mobile banking e-KYC yang sudah terintegrasi untuk verifikasi data diri. Jadi, Anda hanya perlu menyiapkan nomor rekening tujuan saja.

Apabila Anda merupakan nasabah dari Bank Perkreditan Rakyat yang merupakan seorang pelaku UMKM maka penggunaan mobile banking merupakan sebuah jalan pintas yang paling dibutuhkan. Bisa dibayangkan betapa tidak efektifnya jika Anda perlu menutup toko dan pergi ke bank hanya hanya untuk membayar tagihan. Penggunaan mobile banking dapat mempermudah dan membuat kinerja Anda sebagai pebisnis menjadi lebih efektif.

Baca juga : Kenali Fintech dan Manfaatnya Untuk Anda

Kelemahan BPR Tradisional

Bank Perkreditan Rakyat memang menjadi salah satu pilihan masyarakat di Indonesia. Hal ini terbukti dengan data yang dibagikan kontan serta statement ketua umum Perbarindo yang menyatakan bahwa Loan to Deposit BPR sebanyak 81,6 persen. Artinya, masih banyak orang yang menggunakan BPR untuk melakukan kredit. 

Diketahui BPR telah hadir di industri perbankan Indonesia sejak zaman kemerdekaan sehingga prinsip dan sistem yang dijalankan masih secara konvensional. Jika membicarakan era yang telah berkembang dari tahun ke tahun maka perubahan dan transformasi perlu dilakukan, termasuk digitalisasi pada Bank Perkreditan Rakyat. Pasalnya, terdapat beberapa kelemahan BPR tradisional yang mungkin bisa terjadi kepada Anda sebagai seorang nasabah yaitu sebagai berikut:

1. Durasi akuisisi nasabah lebih lama

2. Biaya akuisisi nasabah lebih mahal

3. Analisis bower retail masih dilakukan secara manual sehingga memakan biaya yang lebih banyak

4. Rentan terhadap kecurangan yang dilakukan oleh petugas 

5. Terdapat oknum bank yang tidak memberikan jaminan LPS pada tabungan

6. Jaringan bank yang terbatas

7. Jarang terdapat ATM dan transaksi terbatas di bank

Aplikasi Keuangan BPR dengan Core Banking System

mobile banking untuk bpr

Tidak bisa dipungkiri bahwa menggunakan mobile banking dapat mempersingkat dan mempermudah keperluan Anda dalam melakukan transaksi. Salah satu aplikasi mobile banking yang support untuk transaksi keperluan BPR adalah Cardlez. Aplikasi ini memiliki sistem bernama Core Banking agar nasabah dapat merasakan layanan perbankan koperasi dan BPR.

Core Banking System memiliki peranan penting sebagai pusat data para nasabah. Sistem ini berguna pada proses loan atau pinjaman. Berkat sistem ini, Anda juga bisa melihat daftar transaksi yang pernah dilakukan sehingga bisa mengontrol aktivitas akun atau rekening.

Jadi, database nasabah koperasi maupun Bank Perkreditan Rakyat dapat tersimpan dengan baik. Anda tidak perlu pergi ke bank yang memiliki jam kerja terbatas itu untuk mengakses data-data yang diperlukan karena core banking system ini didesain agar para nasabah bisa membukanya sewaktu-waktu. Hal ini tentunya merupakan sebuah kemajuan di ranah perbankan koperasi dan BPR. Dahulu para nasabah mungkin akan kesulitan untuk melakukan pembukuan atas transaksi yang pernah dilakukan karena belum banyak koperasi dan BPR yang menerapkan sistem ini.

Cardlez memudahkan nasabah agar dapat tetap terhubung dengan Bank Perkreditan Rakyat atau koperasi tempat dimana membuka rekeningnya. Jadi dengan bantuan Core Banking System, Anda dapat memantau data transaksi yang telah Anda dilakukan secara transparan.  

Keunggulan Cardlez sebagai Mobile Banking BPR

Terdapat alasan lain mengapa Cardlez merupakan mobile banking Bank Perkreditan Rakyat yang diperhitungkan dan layak untuk digunakan. Ternyata, aplikasi yang dikembangkan oleh PT. Invelli Solusindo ini sudah terintegrasi dengan aplikasi pihak ketiga yaitu e-KYC, Credit Scoring dan Virtual Account Bank.

Berbagai macam aplikasi dan sistem telah diintegrasikan sehingga dapat memenuhi kebutuhan nasabah. Sebagai seorang nasabah, Anda akan menemukan manfaatnya ketika Anda akan melakukan aktivitas seperti transfer pembayaran angsuran pinjaman maupun pencairan dana pengajuan pinjaman kepada berbagai jenis bank.

Aplikasi yang memanfaatkan Teknologi dan Informasi (TI) ini keamanan transaksinya sudah terjamin karena memiliki enkripsi yang baik. Jadi, sebelum bisa mengakses dan melakukan transaksi dengan Cardlez, Anda perlu login dan memasukkan password. Kemudian, jika akan melakukan pembayaran maupun transfer, Anda perlu melakukan otorisasi keamanan dengan memasukkan PIN yang sudah dibuat. Dengan adanya tahapan dan sistem ini, rekening Anda akan tetap terjaga keamanannya meskipun Cardlez terintegrasi dengan aplikasi pihak ketiga.

Cardlez memiliki berbagai macam layanan mobile banking dan membuatnya memiliki nilai serta keunggulan yang tidak perlu diragukan lagi. Berbagai fitur pembayaran atau transaksi juga bisa dilakukan. Meskipun terintegrasi untuk sistem Bank Perkreditan Rakyat yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan para pelaku UMKM, aplikasi keuangan ini juga bisa dimanfaatkan untuk top up dompet virtual seperti Go-Pay, Ovo, Dana dan QRS. Tentunya hal ini dapat membuat aktivitas transaksi Anda menjadi semakin mudah karena bisa melakukan berbagai hal hanya dengan satu aplikasi saja.
Hal penting lain yang harus Anda ketahui sebagai nasabah Bank Perkreditan Rakyat adalah penggunaan sistem back-end processing pada Cardlez yang dapat memudahkan dan meningkatkan produktivitas. Sistem ini memungkinkan Anda untuk melakukan pembayaran, jurnal dan bahkan manajemen produk. Agar dapat melakukan ketiga hal tersebut, Anda perlu melakukan pengaturan dasar yang ada di aplikasi.

Baca juga : Mengenal Apa Itu Agunan dan Informasi Menarik Lainnya

Kenali Fintech dan Manfaatnya Untuk Anda

Kegiatan pinjam meminjam di tengah masyarakat Indonesia merupakan sebuah hal yang biasa ditemui. Aktivitas ini menjadi semakin mudah dengan adanya perkembangan zaman. Kemunculan perusahaan finansial teknologi atau yang kerap disebut sebagai fintech kini semakin banyak bermunculan karena masyarakat telah sadar akan kemudahan yang mereka dapatkan.

Tidak jarang warga yang biasanya meminjam uang dari tetangga, sanak saudara dan bahkan bank sekalipun kini mulai beralih menggunakan layanan keuangan yang disediakan perusahaan fintech. Bagi Anda yang masih ragu untuk merasakan kemudahannya, Anda berada di tempat yang tepat. Artikel kali ini akan membahas tuntas mengenai apa itu fintech hingga bagaimana perbedaan fintech dengan bank. 

Definisi dan Penjelasan Lengkap Fintech 

fintech

OJK mendefinisikan fintech sebagai suatu langkah kemajuan atau inovasi pada industri jasa keuangan dengan pemanfaatan perkembangan teknologi yang ada. Model bisnis yang dimiliki fintech dinilai terpercaya dan menjanjikan dengan sifat-sifat fleksibilitas, keamanan dan efisiensi yang dimilikinya.

Seiring menjamurnya perusahaan fintech, kini mulai muncul platform fintech abal-abal yang justru menyebabkan kerugian nasabahnya. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan fintech illegal umumnya akan mematok biaya tinggi. 

Umumnya mereka akan memperlakukan nasabah dengan tidak baik jika terjadi penunggakan atau telat melakukan pembayaran, mulai dari perkataan kasar saat menagih, mengancam dan bahkan menyebarkan data pribadi nasabah. Jadi, pastikan Anda mengetahui ciri-ciri perusahaan fintech ilegal dan memilih perusahaan fintech yang telah diawasi oleh OJK dan Kominfo sehingga urusan pinjam meminjam Anda aman.

Apa perbedaan Fintech dengan Bank?

Terdapat enam perbedaan yang dapat dibedakan antara Fintech dengan Bank. Konsep dasar dari bank adalah dari masyarakat untuk masyarakat. Maksudnya, bank merupakan tempat di mana dana milik masyarakat dihimpun dengan metode simpanan dan kemudian dana tersebut disalurkan kepada masyarakat dengan metode kredit sehingga taraf hidup masyarakat bisa meningkat. Berikut ini adalah enam perbedaan fintech dengan bank yang mungkin belum Anda ketahui.

1. Kegiatan usaha

Bank menyalurkan kredit serta pinjaman untuk masyarakat dari dana yang disimpan oleh sebagian masyarakat lainnya. Pada umumnya dana yang dipinjamkan bank berfungsi sebagai permodalan koperasi, UMKM, ritel, pinjaman perseorangan, transaksi pembayaran lainnya dan bahkan produk investasi pun bisa dijual. 

Sedangkan fintech merupakan sebuah platform digital yang bisa diakses melalui aplikasi maupun website. Fungsinya sebagai perantara bagi para pemberi pinjaman dan penerima pinjaman untuk melakukan transaksi dengan sistem dan perjanjian yang telah ditentukan perusahaan fintech terkait melalui media elektronik.

2. Kewenangan penyaluran restrukturisasi

Bank dan fintech memiliki penanganan yang berbeda perihal kewenangan penyaluran restrukturisasi. Bank akan menanggung sepenuhnya jika terdapat penyaluran restrukturisasi sedangkan fintech akan memberikan kewenangannya kepada si pemilik dana sebagai pemberi pinjaman kepada para nasabah. Jadi, perusahaan fintech hanya memberikan restrukturisasi kredit yang telah disetujui para pemilik dana dan selanjutnya akan diteruskan kepada nasabah peminjam.

3. Pemberi pinjaman

Bank memiliki sistem di mana nasabah akan diberikan pinjaman oleh bank itu sendiri. Jadi, tidak perlu ada pihak ketiga dalam alur pemberian pinjaman di bank. Sedangkan fintech, pemberi pinjaman berasal bukan dari perusahaan fintech penyedia aplikasi atau platform, melainkan orang atau badan usaha yang memiliki dana terkait.

Baca juga : Mengenal Apa Itu Credit Scoring / Credit Scoring System

4. Pengawasan oleh pemerintah

Fintech merupakan platform penyedia jasa pinjaman sehingga perusahaan terkait akan diawasi oleh pemerintah sebagai perantara antara pemilik dana dan penerima pinjaman dana dalam melaksanakan market conduct. Bank juga diawasi oleh pemerintah sebagai lembaga yang menyimpan, menghimpun dan memutarkan dana masyarakat.

5. Resiko

Penanganan resiko yang terjadi di lapangan seperti adanya masalah dalam penyaluran pinjaman umumnya bank akan bertindak dan melakukan tugasnya sebagai penanggung jawab secara langsung. Sedangkan perusahaan fintech tidak menanggung atas masalah penyaluran pinjaman yang terjadi sehingga orang yang memiliki dana sebagai pemberi pinjaman akan turun tangan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.

6. Sumber dana pinjaman

Bank memiliki tabungan, giro, deposito, modal pemilik, surat utang beserta penerbitan surat utang sebagai sumber dana pinjamnya. Fintech memiliki sumber dana pinjaman yang berbeda. Pada umumnya terdapat badan hukum atau perseorangan berperan sebagai calon pemberi pinjaman kepada calon peminjam.

Baca juga : Mengenal Apa Itu Agunan dan Informasi Menarik Lainnya

Jenis fintech

Di Indonesia, fintech telang berkemang cukup cepat sehingga muncul banyaknya inovasi dalam industri keuangan. Terdapat enam jenis-jenis fintech yang bisa Anda jadikan referensi peminjaman di masa depan, yaitu sebagai berikut:

1. Peer-to-peer Lending

Peer-to-peer lending merupakan jenis fintech yang menyediakan peminjaman dana kepada perorangan yang sedang membutuhkan dana tertentu dan juga para calon wirausahawan yang sedang membutuhkan modal bisnis atau pinjaman mandiri.

2. Crowdfunding

Crowdfunding adalah salah satu produk fintech yang memiliki wewenang untuk mempertemukan pihak calon nasabah dengan pihak pemberi dana. Transaksi dan jaminan dilakukan secara aman dan mudah karena sudah diawasi oleh OJK.  Umumnya digunakan untuk mengumpulkan donasi.

3. E-Wallet

Dompet digital belakangan ini sedang ramai dan menjadi primadona masyarakat karena penggunaannya yang mudah. E-wallet atau dompet digital menyediakan tempat untuk menyimpan sejumlah dana secara digital.

4. Micro Finance

Micro Finance merupakan produk fintech yang memiliki tujuan mulia yaitu membantu masyarakat dari kelas menengah sampai bawah bahkan pada level rumah tangga sekali pun.

5. Payment Gateway

PayPal merupakan salah satu contoh dari jenis fintech ini. Payment gateway ini memiliki otoritas untuk melakukan pembayaran melalui penyedia jasa online.

6. Investasi

Beberapa tahun belakangan, masyarakat telah melek investasi. Umumnya, investasi dilakukan melalui platform online kemudian seseorang menanamkan modalnya dengan baik. Investasi pun memiliki berbagai macam produk di dalamnya, mulai dari reksa dana dan bahkan saham perusahaan besar sekali pun.

7. Bank Digital

Fintech juga memiliki produk bank digital. Transaksi yang dilakukan pada platform ini dilakukan seutuhnya secara digital. Tidak termasuk dengan m-banking karena aplikasi buatan bank tersebut masih bisa berkaitan dengan bank offline.

Baca juga : Bank Perkreditan Rakyat dan Keuntungannya

Manfaat Fintech

manfaat fintech

Fintech memiliki berbagai manfaat untuk masyarakat. Pertama, transaksi keuangan relatif menjadi lebih mudah. Hal ini dapat terjadi karena calon nasabah tidak perlu mendatangi kantornya tetapi hanya dibayarkan melalui smartphone saja. 

Selanjutnya, Anda juga bisa merasakan taraf kehidupan masyarakat yang semakin membaik. Jadi masyarakat bisa menggunakan dana yang dipinjam untuk urusan pribadi seperti membiayai kegiatan produktif serta konsumtif mereka.

Fintech juga memiliki kekuatan untuk mendukung inklusi keuangan misalnya transaksi jual beli, iuran, simpan pinjam dan bahkan arisan. Hal ini juga menunjukkan bahwa fintech dapat mempercepat perputaran ekonomi karena membantu masyarakat dalam terjadinya transaksi jual beli.
Salah satu contoh fintech terpercaya yang sudah resmi diawasi oleh OJK dan Kominfo adalah Cardlez. Jadi, Anda bisa merasakan kemudahan menggunakan teknologi ini secara aman. Pilihlah metode atau jenis fintech yang cocok untuk Anda sehingga manfaat fintech dapat dirasakan sepenuhnya.

Baca juga : Kenali e-KYC Definisi dan Manfaatnya

Kenali e-KYC Definisi dan Manfaatnya

Perusahaan Fintech di Indonesia jumlahnya semakin bertambah setiap tahunnya. Inovasi yang dilakukan pun semakin beragam, salah satunya adalah pengembangan sistem e-KYC. Sistem ini disebut sebagai salah satu komponen penting dalam sebuah platform fintech. Sebenarnya apa itu e-KYC dan seberapa penting keberadaannya sehingga komponen ini dinyatakan wajib digunakan oleh Peraturan dari Otoritas Jasa Keuangan? Simak pembahasan lengkapnya di bawah ini.

Apa Itu e-KYC?

e-kyc
dilansir dari liputan6.com

E-KYC adalah kepanjangan dari Electronic Know Your Customer yang merupakan sebuah sistem yang bisa melakukan pengenalan pelanggan secara digital. Jadi, prosesnya dilakukan serba online tanpa harus bertatap muka dan melakukan kontak fisik secara langsung.

POJK mendefinisikan e-KYC sebagai platform penyedia jasa identifikasi dan verifikasi bagi para calon pengguna atau nasabah dengan cara mencocokkan informasi dan data kependudukan yang bersumber dari Direktorat Jenderal Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (DUKCAPIL).

POJK telah menetapkan e-kyc sebagai sistem yang wajib digunakan di Indonesia melalui peraturan POJK Nomor 23 tahun 2019. Hal ini disahkan dan perlu diterapkan agar proses observasi dan pencocokan data yang tersimpan menjadi lebih mendalam. 

Pada umumnya, perusahaan fintech yang menerapkan sistem e-kyc ini akan mengajukan permohonan dan meminta persetujuan sebelum terjadinya interaksi dengan pelanggan. Bagian ini akan muncul sebelum proses verifikasi dimulai.

Jadi, Anda tidak perlu ragu ketiga sebuah aplikasi finance legal yang melakukan verifikasi dengan menggunakan KTP dan dokumen penting lainnya. Cardlez juga telah menerapkan sistem e-kyc ini dalam aplikasi mobile bankingnya yang sudah diawasi oleh POJK dan kominfo sehingga data dan dokumen nasabah terjamin keamanannya.

Kriteria Penerapan Proses e-KYC

Mengapa harus menerapkan sistem e-KYC dalam setiap platform finance teknologi? Hal ini disebabkan beberapa alasan tapi umumnya untuk mengurangi resiko dari hal-hal yang tidak diinginkan. Berikut adalah kriteria dalam penerapan proses e-KYC bagi calon pengguna atau calon nasabah:

Keunggulan e-KYC

e-kyc manfaat
dilansir dari pinterest

Inovasi teknologi yang selalu di-upgrade tentunya memiliki nilai-nilai positif dalam sistem e-KYC. Berikut adalah keunggulan yang dimiliki e-KYC, seperti:

Akses layanan lebih cepat dan fleksibel

Bukan hanya karena kemajuan zaman saja, tetapi karena kondisi pandemi yang membuat masyarakat harus mengurangi kontak fisik sehingga industri perbankan juga harus beradaptasi. Proses verifikasi identitas para nasabah pun bisa dilakukan dengan cepat dan fleksibel secara virtual. 

Jadi, penggunaan sistem e-KYC merupakan sebuah solusi. Jadi, durasi onboarding bisa diminimalisir sehingga waktu yang dibutuhkan relatif lebih cepat dan lebih efektif karena nasabah tidak perlu datang ke bank atau kantor perusahaan fintech terkait.

Mengurangi penipuan

Di era serba digital ini bank harus menghadapi kenyataan mengenai permasalahan nasabah mereka, salah satunya adalah penipuan. Bank memiliki tanggung jawab akan hal tersebut sehingga pihak bank mau tidak mau harus mengurangi pemasukannya karena resiko penipuan tersebut. Apalagi masih ada bank yang masih menggunakan sistem kerja lama sehingga pekerjaan mereka kurang efektif.

Kini transaksi perbankan dapat dilakukan secara digital dan melalui smartphone masing - masing pengguna. Hal ini dapat menyebabkan resiko yang tidak diinginkan yaitu penipuan berbasis digital. Oleh karena itu, sistem e-KYC perlu digunakan dalam layanan perbankan digital untuk memerangi dan mengurangi jumlah resiko terjadinya penipuan.

Jadi, kegunaan e-KYC tidak hanya bekerja saat awal pembukaan rekening atau saat pemindahan dari konvensional menuju dompet digital. Sistem yang bekerja harus bisa mengautentikasi nasabah saat login ke akun atau rekening digital mereka dan juga memantau atau mengawasi perilaku dan aktivitas yang dilakukan oleh nasabah.

Jadi, terdapat sistem yang bekerja untuk memberi penilaian terhadap akun atau rekening nasabah. Apakah akun atau rekening pada perangkat tersebut benar dioperasikan dan dijalankan oleh pemilik akun asli atau bukan. 

Teknologi dalam sistem ini mampu melakukan pengenalan wajah, mendeteksi durasi aktif penggunaan akun dan bahkan mampu mendeteksi terjadinya penipuan. Inovasi ini akan membantu bank atau perusahaan fintech dalam meningkatkan keamanan dan juga mengurangi resiko terjadinya penipuan secara digital di platform keuangan mereka.

Meningkatkan pengalaman pelanggan

Pada industri perbankan terdapat istilah yang disebut sebagai onboarding di mana istilah tersebut mengarah pada suatu cara untuk menggambarkan kepada calon nasabah mengenai jenis pengalaman apa yang diharapkan oleh nasabah di masa mendatang. 

Ternyata berdasarkan data yang diungkapkan Signicat pada tahun 2019, sebanyak 40% nasabah tidak berpartisipasi dalam proses onboarding perbankan. Hal ini disebabkan karena sistem yang digunakan adalah KYC sehingga membutuhkan waktu relatif lama untuk menyelesaikan prosesnya.

Proses verifikasi yang dimiliki sistem e-KYC lebih cepat. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Signicat, responden menyatakan bahwa mereka lebih tertarik mendaftarkan diri jika proses dan layanan yang diberikan itu cepat. Tidak sedikit pula responden yang menginginkan untuk menambah layanan yang ingin mereka beli jika proses verifikasinya cepat. Jadi, masyarakat tertarik dan mulai beralih ke digital karena tahapan verifikasi identitas relatif lebih cepat.

Real-Time

Seperti namanya, e-KYC merupakan sistem yang dijalankan secara digital. Oleh karena itu, setiap proses yang ada pada sistem dapat dipindahkan atau ditransfer secara langsung atau real time sehingga dokumen-dokumen yang dibutuhkan tidak perlu berpindah tangan secara manual. 

Hal ini merupakan sebuah upgrade dari sistem yang sebelumnya yaitu KYC, di mana layanan ini masih dilakukan secara manual sehingga menyebabkan proses verifikasi memakan waktu lebih lama bahkan berhari-hari. Sedangkan durasi verifikasi e-KYC jauh lebih cepat, hanya membutuhkan beberapa menit saja.

Penggunaan E-KYC untuk WMS

WMS adalah singkatan dari Warehouse Management System sebuah aplikasi yang dikembangkan untuk mempermudah para pebisnis dalam mengelola barang-barangnya masuk ataupun keluar dari warehouse. Terdapat berbagai macam aplikasi WMS yang sudah sering digunakan oleh masyarakat. 

E-KYC tentunya sangat berguna jika digunakan untuk aplikasi seperti WMS untuk memudahkan proses bisnis yang Anda jalani. Banyak keunggulan E-KYC yang bisa didapatkan jika sistem ini dapat terintegrasi dengan aplikasi warehouse management system. 

Pasalnya, Warehouse Management System memiliki peranan dan tugas yang cukup berat dalam membantu pekerjaan yang ada pada warehouse. Sistem ini bekerja sepanjang waktu karena seperti yang kita ketahui, orang-orang bisa check out atau belanja di internet kapan saja. E-kyc dapat membuat pekerjaan di warehouse lebih efisien karena tidak perlu melakukan verifikasi secara tatap muka.
Anda bisa merasakan kemudahan e-kyc dengan menggunakan aplikasi mobile banking koperasi Cardlez. Easy API Integration yang ada pada aplikasi tersebut dapat Anda manfaatkan untuk menggunakan aplikasi pihak ketiga seperti Virtual Account Bank, Core Banking dan tentunya e-KYC.

Baca juga : Sudah Tahu Aplikasi Koperasi? Ini Tips Yang Perlu Anda Pahami

Bank Perkreditan Rakyat dan Keuntungannya

BPR atau Bank Perkreditan Rakyat adalah sebuah usaha di bidang finansial yang dimiliki oleh BUMD. Banyak orang keliru dengan BPR sebagai bank swasta layaknya perusahaan atau lembaga keuangan lain. Padahal, perusahaan ini berjalan di bawah aturan pemerintah langsung, sehingga memberikan keuntungan yang lebih banyak untuk masyarakat.

Sebagai bagian dari BUMD, tentunya BPR lebih menguntungkan kepuasan masyarakat dibandingkan keuntungan yang didapatkan dari setiap nasabahnya. Itulah mengapa, Bank Perkreditan Rakyat menerapkan sistem perhitungan bank syariah yang meminimalisir adanya bunga dalam tabungan.

Cara kerja dan produk yang disediakan oleh bank BPR juga berbeda dengan bank konvensional. Untuk lebih lengkapnya, mari kita bahas lengkap dengan Bank Perkreditan Rakyat dalam artikel berikut ini.

Apakah yang Dimaksud Bank Perkreditan Rakyat Itu?

bank perkreditan rakyat bpr

Berdasarkan Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1, dijelaskan bahwa bank umum atau konvensional adalah bank yang menjalankan usahanya secara umum dan menyediakan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang tidak menyediakan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

BPR dibuat untuk memberikan pelayanan keuangan pada institusi skala mikro. Sehingga kebanyakan kota-kota yang sudah berkembang di Indonesia seperti Jakarta, Solo, dan Bandung, jarang memiliki BPR.

Sedangkan daerah yang ekonominya masih lemah seperti Tegal, Sukabumi, dan Garut, memiliki BPR yang bertujuan membantu perekonomian masyarakat, khususnya pemilik UMKM. Dengan begitu pemilik UMKM tidak perlu khawatir memulai usaha mereka karena takut bunga besar dari bank konvensional.

Terdapat beberapa aturan umum dalam dunia perbankan dan finansial yang tidak boleh diterapkan dalam Bank Perkreditan Rakyat. Misalnya menerima giro atau melakukan pertukaran valuta asing atau valas oleh nasabah.

Jadi demi mendapatkan keuntungan, Bank Perkreditan Rakyat hanya bergantung pada bunga dari rekening nasabah yang jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan bank konvensional, serta dari spread effect.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, sebagai usaha milik BUMD tujuan utama Bank BPR adalah untuk membantu mendorong pergerakan perekonomian masyarakat di daerah-daerah yang ekonominya masih lemah, bukan mendapatkan untung sebesar mungkin dari para nasabah.

Apa Perbedaan Bank BPR dan Bank Biasa?

Perbedaan utama antara Bank Perkreditan Rakyat dengan bank konvensional yang paling utama tentu bisa dilihat dari definisinya. BPR tidak boleh memberikan pelayanan atau produk untuk lalu lintas pembayaran, sedangkan bank umum boleh membuat produk di bidang tersebut.

Namun bukan berarti juga semua bank BUMD tidak boleh memiliki produk yang berhubungan untuk membantu lalu lintas pembayaran. Sebab ada beberapa bank BUMD seperti BRI dan BNI yang punya produk kartu kredit layaknya bank konvensional.

Jadi, ada beberapa perbedaan antara Bank Perkreditan Rakyat dengan bank konvensional yang lainnya, seperti:

1. Persebaran dan Jangkauan Wilayah Operasi BPR

Sebelumnya sudah disinggung bahwa tujuan utama dari BPR adalah membantu perekonomian daerah yang masih perputaran ekonominya masih lemah. Itulah mengapa, wilayah operasi Bank Perkreditan Rakyat lebih banyak dilakukan di daerah kabupaten dibandingkan di kota.

Salah satu alasan mengapa daya beli dan roda ekonomi masyarakat kabupaten lambat dibandingkan daerah kota adalah karena sedikitnya UMKM dan lapangan pekerjaan yang tersedia di sana.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah berupaya membangun BPR di daerah kabupaten agar masyarakat yang ingin membuka usaha UMKM bisa mendapatkan dana kredit dengan syarat dan bunga yang lebih ringan dibandingkan bank konvensional.

Sebab meskipun wilayah operasinya tidak terbatas, baik di daerah maupun di kota, banyak pengusaha kecil yang takut untuk mengajukan kredit ke bank konvensional karena bunga yang terlalu besar.

2. Jumlah Pilihan Produk yang Ditawarkan

Dibandingkan bank konvensional, jumlah produk dan layanan yang dimiliki oleh Bank Perkreditan Rakyat jauh lebih sedikit dan cenderung sangat sederhana. Hal ini kembali lagi mengacu para perundang-undangan yang mengatur tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh BPR.

Secara garis besar, produk yang diberikan oleh BPR hanyalah tabungan, deposito dan kredit kepada pemilik UMKM saja. Beberapa Bank Perkreditan Rakyat di daerah tertentu mungkin punya pilihan produk yang lebih bervariasi, namun tidak keluar dari 3 produk utama tersebut.

BPR juga tidak boleh memberikan layanan asuransi, valas, atau giro seperti yang bisa dilakukan oleh bank konvensional.

Salah satu tujuan dari hal ini mungkin agar nasabah tidak bingung ketika memilih opsi mana yang paling menguntungan untuk memutar modal bisnis mereka.

3. Bentuk Layanan Kredit

Perbedaan berikutnya dari bank BPR dengan bank konvensional adalah dari bentuk layanan kredit yang ditawarkan.

Berbeda dengan bank konvensional, yang memiliki produk kredit konsumtif untuk perorangan, kredit yang ditawarkan oleh BPR hanya untuk segmentasi tertentu saja. Umumnya, Bank Perkreditan Rakyat hanya memberikan layanan kredit kepada pemilik Usaha Mikro, Kecil, Menengah, kredit karyawan, dan kredit KTA.

Sedangkan bank konvensional bisa memberikan kredit dalam bentuk kredit investasi, kredit modal, giro, dan lain sebagainya.

4. Syarat Permodalan dalam Mendirikan BPR

Meskipun termasuk ke dalam bagian BUMD, namun BPR tetap bisa didirikan oleh swasta alias perorangan. Syarat permodalan dalam membuat BPR juga jauh lebih rendah, sekitar 4 Miliar hingga 14 Miliar, dibandingkan dengan bank konvensional yang persyaratan modalnya bisa mencapai 3 triliun atau 1 triliun untuk bank syariah.

Besarnya modal untuk membangun Bank Perkreditan Rakyat diatur dalam Peraturan OJK. Besar kecilnya persyaratan modal ini ditentukan berdasarkan zona yang terbagi menjadi 4 Zona, syarat modal untuk Zona 4 adalah 4 miliar sedangkan Zona 1 adalah 14 miliar.

Baca juga : Integrasi Core Banking Permudah Layanan Perbankan Koperasi dan BPR

Apakah Bank BPR Sama dengan Bank Syariah?

Pada dasarnya, BPR menggunakan prinsip syariah dengan meminimalisir riba atau penggunaan bunga dalam setiap produknya. Namun, terdapat pengembangan khusus untuk jenis BPR yang menggunakan hukum-hukum syariah lebih banyak, yaitu BPRS atau Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

BPRS bukanlah produk dari BPR konvensional, sebab BPRS memiliki produk-produk sendiri yang dibuat berdasarkan aturan syariah. Beberapa contoh produk dari BPR Syariah seperti:

Meskipun baru tersedia di beberapa kabupaten tertentu saja, BPR Syariah ini sudah beroperasi cukup lama. Sayangnya produk-produk dari BPRS mungkin tidak bisa diterima oleh kebanyakan wirausahawan baru karena bersifat high risk dan low return.

Apa Saja Jasa yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan dengan BPR?

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, BPR menyediakan jasa yang lebih terbatas dibandingkan bank konvensional karena terikat oleh aturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan dalam BPR namun bisa dilakukan oleh bank konvensional, seperti:

Sedangkan yang tidak boleh dilakukan oleh BPR adalah sebagai berikut.

Apakah Bisa Menabung di Bank Perkreditan Rakyat?

Meskipun tujuan utama dari Bank Perkreditan Rakyat adalah membantu permodalan usaha UMKM untuk rakyat di kabupaten, BPR tetap menyediakan layanan untuk masyarakat yang ingin menabung layaknya di bank konvensional.

Masyarakat bisa membuka rekening di BPR dan mulai menyimpan uang mereka di sini seperti biasa. Dan seperti bank konvensional pada umumnya, setiap nasabah bank BPR juga akan mendapatkan buku tabungan masing-masing untuk mencatat semua pengeluaran dan pemasukan di rekening tersebut.

Bahkan, menabung di Bank Perkreditan Rakyat bisa memberikan banyak kelebihan, seperti:

Karena BPR sudah menjangkau banyak kabupaten di Indonesia, masyarakat yang tinggal di daerah desa pinggiran tidak perlu jauh-jauh berjalan ke daerah kota besar hanya untuk menabung.

Secara tidak langsung hal tersebut membuat uang yang bisa Anda tabung lebih besar karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk ongkos dari rumah ke bank terdekat.

Apa Saja Keuntungan Mengajukan Pinjaman Modal ke Bank Perkreditan Rakyat?

bank perkreditan rakyat bpr (1)

Sebagai lembaga yang dibuat oleh pemerintah, tentunya BPR memiliki lebih banyak keuntungan yang akan diterima oleh nasabah dibandingkan keuntungan yang diterima oleh BPR. Salah satunya adalah persyaratan dan jaminan yang lebih ringan dibandingkan bank konvensional pada umumnya.

Bank Perkreditan Rakyat juga menerapkan sistem yang meminimalisir riba atau kredit yang bunganya terlalu besar. Kebanyakan produk dari BPR justru menerapkan sistem bagi hasil yang menguntungkan baik dari pihak yang mendapatkan modal dan yang memberikan modal.

Dengan begitu nasabah yang mengajukan pinjaman modal tidak perlu takut tidak bisa membayar pinjaman karena bunga terlalu besar sedangkan usahanya belum bisa memberikan profit yang cukup. Sebab tidak sedikit kasus dimana usaha UMKM yang mulai berkembang harus tutup dan asetnya disita oleh bank karena pemilik tidak bisa mengembalikan pinjaman modal ke bank konvensional.

Untuk lebih lengkapnya, berikut ini adalah beberapa keuntungan yang Anda rasakan sebagai nasabah pinjaman atau pembiayaan dari BPR.

1. Agunan dan Persyaratan yang Lebih Sederhana

Karena BPR ingin membantu masyarakat di kalangan ekonomi menengah yang ingin membuat usaha sendiri, maka persyaratan untuk mengajukan pinjaman modal ke sini dibuat sangat sederhana dan sangat ringan. Termasuk untuk masalah jaminan atau agunan pinjaman.

Beberapa produk dari Bank Perkreditan Rakyat bahkan tidak membutuhkan agunan sama sekali dan menerapkan sistem bagi hasil antara pemodal dan pemilik usaha.

Dengan begitu semua orang punya kesempatan yang lebih besar untuk memulai bisnis mereka. Semakin banyak usaha yang berkembang di daerah kabupaten, maka pergerakan ekonomi dan daya beli masyarakatnya akan semakin besar pula.

2. Memiliki Sistem Jemput Bola

Bank Perkreditan Rakyat di beberapa kabupaten sudah memiliki sistem jemput bola, dimana petugas akan datang ke rumah Anda, bukan Anda yang datang ke kantor BPR terdekat. Namun untuk saat ini, sistem jemput bola ini hanya ada untuk BPR di kabupaten yang sudah punya fasilitas jalan memadai saja.

Sistem jemput bola ini memudahkan pemilik UMKM yang mulai kesulitan dalam mengatur waktu untuk mengurus masalah permodalan mereka.

3. Dana Cair dengan Cepat dan Lebih Mudah

Keuntungan mengajukan pinjaman di Bank BPR yang selanjutnya adalah pencairan dana yang lebih cepat tanpa harus menunggu persetujuan hingga berminggu-minggu. Hal ini dilakukan agar masyarakat yang memiliki rencana membangun UMKM bisa merealisasikan mimpi mereka secepat mungkin.

Pencairan umumnya dilakukan ke rekening bank konvensional maupun lewat rekening bank BPR yang dimiliki oleh nasabah. Jadi, uang bisa diambil secara tunai dan segera digunakan untuk membeli bahan-bahan keperluan produksi.

4. Mengutamakan Unsur Kepercayaan dibandingkan Keuntungan

Yang terakhir, Bank Perkreditan Rakyat lebih mengutamakan unsur kepercayaan kepada nasabah dibandingkan mengambil untung sebesar-besarnya layaknya pada bank konvensional. Hal ini bisa Anda lihat dari bagaimana bank BPR menerima siapapun masyarakat yang ingin mengajukan pinjaman tanpa pandang status ekonomi.

Berbeda dengan bank konvensional yang hanya memberikan pinjaman kepada orang yang memiliki jaminan tertentu. Bahkan jumlah modal yang bisa diberikan tergantung dari berapa nilai jaminan yang bisa diberikan.

Bahkan rekening bank BPR saja sudah bisa menjadi agunan yang cukup di mata BPR.

Jika Anda sudah pernah mengajukan pinjaman modal ke Bank Perkreditan Rakyat sebelumnya dan tidak punya masalah dalam pembayaran, maka BPR akan lebih terbuka untuk memberikan pembiayaan ke dua dan seterusnya.

Lebih Untung Mana, Menggunakan BPR atau Bank Konvensional?

Setelah tahu apa saja keuntungan menggunakan Bank Perkreditan Rakyat, sekarang waktunya membandingkan antara BPR dan bank konvensional ketika ingin mengajukan pinjaman untuk modal UMKM. Sebab keduanya pasti punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Nah sebagai perbandingan, mari kita mulai dengan melihat apa saja kekurangan dari Bank Perkreditan Rakyat yang akan dirasakan oleh nasabahnya.

Sedangkan kekurangan dari mengajukan pinjaman ke bank konvensional atau bank umum adalah seperti berikut.

Baik BPR maupun bank konvensional sama-sama sudah terdaftar dalam Lembaga Penjamin Simpanan dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Jadi, keduanya memiliki peraturan yang jelas berdasarkan undang-undang yang berlaku agar nasabah tidak dirugikan dalam situasi apapun.

Baca juga : Mengenal Credit Scoring System dan Berbagai Hal Didalamnya

Baca juga : Definisi dan Jenis Mobile Banking yang Bisa Dipakai Nasabah

Aplikasi Mobile Banking untuk Koperasi dan Bank BPR

aplikasi mobile banking

Kemajuan teknologi membuat masyarakat semakin mudah dalam melakukan segala sesuatu, termasuk transaksi perbankan. Kini, masyarakat tidak perlu mendatangi teller bank untuk melakukan pengiriman uang. Terdapat sebuah teknologi yang dikembangan di industri keuangan yaitu aplikasi mobile banking dimana nasabah dapat mengakses rekeningnya melalui genggamannya selama 24 jam penuh.

Oleh karena itu, kehadiran aplikasi mobile banking memiliki peranan penting bagi masyarakat dan mampu mempengaruhi berbagai sektor yang berhubungan dengan industri jasa keuangan. Hal inilah yang melatarbelakangi berbagai bank, koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat kini mulai bertransformasi ke ranah digital dan membutuhkan mobile banking. Pada kesempatan kali ini akan membahas seputar aplikasi mobile banking secara umum dan khusus untuk koperasi dan Bank BPR.

Apa itu Aplikasi Mobile Banking?

Mobile banking mengacu pada penggunaan perangkat seluler untuk melakukan transaksi keuangan. Layanan ini disediakan oleh lembaga keuangan, terutama bank. Mobile banking memungkinkan nasabah untuk melakukan berbagai transaksi yang dapat bervariasi tergantung pada institusi.

Bagaimana Cara Kerja Aplikasi Mobile Banking?

Banyak bank yang telah memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan nilai layanannya dengan mengembangkan aplikasi keuangan yang disebut dengan mobile banking. Aplikasi ini dapat diunduh ke smartphone atau tablet Anda. 

Sebelum Anda bisa menggunakan semua fitur dan merasakan pengalaman yang mudah dalam melakukan transaksi virtual, Anda perlu melakukan pendaftaran terlebih dahulu supaya dapat mengakses rekening bank. Hanya melalui beberapa klik, Anda dapat mengakses dan melakukan berbagai macam transaksi. Umumnya, nasabah akan membuat username atau ID yang akan digunakan. Kemudian membuat password untuk masuk ke aplikasi. Kemudian, Anda perlu membuat PIN untuk aktivitas transaksi. Jadi, sebaiknya password dan nomor PIN dibuat berbeda untuk memperkuat keamanan rekening.

Umumnya, aplikasi mobile banking bisa melakukan pembayaran tagihan, melakukan pelacakan pengeluaran dan memastikan bahwa setiap aktivitas pengiriman uang yang Anda lakukan berhasil. 

Aplikasi Mobile Banking untuk Koperasi dan Bank BPR

Pertumbuhan perusahaan fintech di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Hal ini menjadi peluang yang baik untuk badan usaha keuangan seperti Koperasi dan Bank BPR. Pasalnya, tidak semua BPR mampu melakukan inovasi di bidang digital secara mandiri. Oleh karena itu, kolaborasi yang terjadi di antara keduanya merupakan sebuah solusi.

Koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat perlu melakukan digitalisasi agar tetap up to date dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat maupun para pelaku usaha. Kini sudah terdapat aplikasi mobile banking bernama Cardlez yang menjadi jembatan antara nasabah dan juga pihak perbankan. 

Cardlez telah diintegrasikan dengan antarmuka pemrograman aplikasi (API) yang memiliki peran seperti pintu dengan penjaga keamanan. API pihak ketiga memungkinkan Anda mengakses fungsionalitas atau data pihak ketiga untuk digunakan di situs atau aplikasi utama.

Jadi, aplikasi mobile banking Cardlez ini dapat mengakses beberapa layanan diantaranya seperti Core Banking, Credit Scoring, e-KYC dan Virtual Account Bank untuk melakukan berbagai macam aktivitas transaksi. Penggunaan API 3rd Party ini dapat membuat Anda menghemat banyak waktu dengan memanfaatkan fungsionalitas sehingga Anda tidak perlu melakukan prosesnya berulang-ulang. Aplikasi mobile banking ini ditunjukkan untuk masyarakat umum sehingga penggunaan Cardlez dinilai cukup sederhana meskipun sudah terdapat berbagai macam fitur yang melengkapinya.

Cardlez memiliki peran penting terhadap kegiatan masyarakat, khususnya untuk kegiatan koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat. Terdapat alternatif dan inovasi yang diusung supaya kedua badan hukum tersebut semakin dilirik rakyat. 

Inovasi yang dilakukan contohnya seperti pemberian tanda tangan yang dilakukan secara virtual. Jadi, transaksi yang dilakukan tidak hanya sebatas pertemuan tatap muka tetapi bisa dilakukan secara online. Selain itu, aplikasi mobile banking untuk koperasi dan BPR ini telah didukung dengan layanan e-KYC sehingga semua aktivitas akan mendapatkan verifikasi dan otorisasi.

Tidak perlu khawatir tentang keamanan yang ada pada aplikasi ini karena Cardlez sudah ditunjang dengan sistem keamanan yang baik. Pasalnya, mobile banking yang dirilis oleh PT. Invelli Solusindo telah menambahkan otorisasi transaksi PIN dan password. Keamanan yang lebih komprehensif dari segi infrastruktur dan interkoneksi karena telah ditambahkannya sistem core banking BPR dan koperasi.

Keuntungan Aplikasi Mobile Banking untuk Pelaku Bisnis

keuntungan aplikasi mobile banking

Aplikasi mobile banking sendiri adalah salah satu inovasi di industri jasa keuangan dengan manfaat serta benefitnya bagi sang nasabah. Tapi, tahukan Anda manfaat aplikasi mobile banking ini untuk para pelaku bisnis? Ternyata, terdapat manfaat lain yang bisa dirasakan masyarakat yaitu seperti:

1. Pembayaran lebih Efektif dengan banyaknya pilihan

Anda tidak perlu menginstal berbagai macam aplikasi untuk melakukan pembayaran dengan tujuan rekening dengan bank yang berbeda. Tidak perlu khawatir jika tidak memiliki uang kembalian untuk para pelanggan yang membeli produk di toko Anda, karena pembayaran bisa dilakukan dengan QR Code

2. Lebih aman

Salah satu keuntungan menggunakan aplikasi mobile banking adalah Anda tidak perlu takut jika penghasilan akan dicuri oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab. Dompet digital memudahkan Anda dalam menyimpan uang, sehingga Anda bisa meminimalisir resiko pencurian hasil pendapatan di toko.

3. Bayar tagihan

Seperti fungsi mobile banking pada umumnya, Cardlez bisa digunakan untuk membayar tagihan. Anda bisa menggunakannya untuk membayar tagihan listrik, PDAM dan sebagainya. Jadi, Anda tidak perlu ke kantor atau ke POS untuk melakukan pembayaran dan bahkan Anda bisa melakukannya tanpa mengantre.

Mobile Banking Cardlez untuk Koperasi dan BPR

Cardlez memiliki 2 fitur utama yang dibuat khusus untuk koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat yaitu sebagai berikut:

1. Core Banking Development & Service

Sistem yang dibuat dan dikembangkan secara khusus adalah MicroSys (Microfinance Core Banking System). Sistem perbankan inti memiliki fungsi sebagai sistem back-end yang memproses transaksi perbankan harian dan memposting pembaruan ke akun dan catatan keuangan lainnya. Sistem perbankan inti biasanya mencakup kemampuan pemrosesan simpanan, pinjaman dan kredit, dengan antarmuka ke sistem buku besar dan alat pelaporan. Sistem ini bisa digunakan pada BPR Konvensional & Syariah dan Koperasi Konvensional & Syariah.

2. E-Channel

E-Channel merupakan layanan perbankan yang menggunakan media digital contohnya seperti mobile banking, e-Wallet dan sebagainya.  PT. Invelli Solusindo sendiri membagi E-Channel menjadi dua tipe yaitu Cardlez yang berfokus pada mobile banking dan e-Wallet. Kemudian ada MicroFins yang memiliki fokus ke agen dan sistem pengumpulan pembayaran.

Fitur Aplikasi Mobile Banking - Cardlez

Cardlez memiliki berbagai macam fitur inisiatif yang telah dikembangkan untuk mendukung koperasi dan Bank Perkreditan Rakyat. Aplikasi ini bisa dijadikan untuk membuat buku tabungan, deposito dan pinjaman online.
Digital Signature dan e-KYC ke Dukcapil untuk mempermudah proses onboarding dan juga transaksi para nasabah. Cardlez ternyata juga bisa Anda gunakan untuk setor dan tarik tunai melalui Agent Banking.